Pengaruh Penambahan Kultur Mikroba Azotobacter Dalam Pembuatan Kompos Feses Sapi Terhadap Pertumbuhan Rumput Odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott)

Main Author: Setiani, Rizky Eka
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/176934/
Daftar Isi:
  • Indonesia merupakan negara dengan sebagian besar penduduknya melakukan kegiatan berternak, baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Meningkatnya jumlah ternak sapi di Indonesia sejalan dengan peningkatan jumlah feses yang dihasilkan. Potensi ini perlu dimanfaatkan karena bukan hanya daging dan susu saja yang dapat dimanfaatkan dari sapi tetapi begitu juga dengan fesesnya. Feses sapi perlu diolah untuk mendapatkan manfaat salah satunya yaitu dengan mengubahnya menjadi kompos. Penggunaan kompos mampu mensubtitusi penggunaan pupuk anorganik sehingga dapat mencegah penurunan kesuburan tanah serta mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Kompos mengandung unsur hara yang lengkap namun dalam jumlah yang sedikit serta proses pengomposan cenderung membutuhkan waktu lama. Adanya penambahan kultur mikroba Azotobacter dalam feses sapi memungkinkan terjadinya peningkatan unsur hara pada kompos terutama unsur hara nitrogen serta mampu mempersingkat waktu pengomposan. Proporsi kultur mikroba Azotobacter yang paling optimal serta pengaruhnya terhadap tanaman masih perlu diketahui lebih lanjut. Upaya yang harus dilakukan adalah melakukan uji tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan proporsi terbaik kultur mikroba Azotobacter yang ditambahkan pada kompos feses sapi terhadap pertumbuhan rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi jumlah anakan, jumlah daun, dan tinggi rumput Odot. Penelitian dilaksanakan pada 1 November 2018 sampai 20 Februari 2019 di Desa Bumiaji, Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu P0 (tanpa penambahan kultur mikroba Azotobacter), P1 (penambahan 150 cc kultur mikroba Azotobacter), P2 (penambahan 250 cc kultur mikroba Azotobacter) dan P3 (penambahan 350 cc kultur mikroba Azotobacter). Setiap perlakuan pada penelitian ini diulang sebanyak 6 kali, dan setiap ulangan terdiri dari 3 unit percobaan sehingga terdapat 72 unit percobaan. Data yang diperoleh dihitung rataan setiap ulangannya dan dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila diperoleh hasil berbeda nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01) maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kultur mikroba Azotobacter dengan proporsi berbeda pada feses sapi memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap jumlah anakan dan jumlah daun. Rataan jumlah anakan dari yang terendah hingga yang tertinggi secara berurutan yaitu P0 (5,49±0,538), P2 (6,10±0,905), P3 (6,43±0,974), P1 (6,78±0,611). Rataan jumlah daun dari yang terendah hingga yang tertinggi secara berurutan yaitu P0 (30,70±2,905) P2 (35,57±3,349) P3 (32,43±2,878), P1 (35,57±3,349). Penambahan kultur mikroba Azotobacter pada feses sapi memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman (P<0,05). Berikut rataan tinggi tanaman dari nilai perlakuan terendah hingga tertinggi secara berurutan yaitu P0 (36,99 ± 2,017a), P2 (38,36 ± 2,230a), P1 (39,90 ± 1,172a), P3 (41,06 ± 3,324b). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penambahan kultur mikroba Azotobacter mampu meningkatkan produksi rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Penambahan kultur mikroba Azozotbacter sebanyak 350 cc merupakan proporsi terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penambahan kultur mikroba Azotobacter pada feses sapi dengan waktu pengamatan yang lebih lama hingga masa panen.