Perngaruh Periode Laktasi dan Bulan Laktasi Terhadap Produksi Susu dan Kejadian Mastitis pada Sapi PFH di BBPP Batu - Jawa Timur
Main Author: | Absor, Ulul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/176715/ |
Daftar Isi:
- Sapi PFH merupakan hasil persilangan antara sapi FH dengan sapi lokal yang ada di Indonesia. Semenjak sapi FH tersebar dibeberapa daerah di Indonesia khususnya pulau Jawa, sapi tersebut telah mengalami perkawinan secara tidak terencana dengan sapi lokal dan menghasilkan keturunan yang disebut PFH. Sapi PFH tidak masuk breed tertentu atau disebut Holstein Grade. Produksi susu sapi PFH sebelum tahun 1979 sekitar 1.800-2.000 liter/laktasi dengan panjang laktasi rata-rata kurang dari 10 bulan. Insiden mastitis pada sapi perah di Indonesia sangat tinggi (85 %) dan sebagian besar merupakan infeksi yang bersifat subklinik. Penyebab utama radang pada sapi adalah kuman-kuman Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan dapat menyebabkan penurunan produksi susu. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Jl. Songgoriti No. 24 Kecamatan Batu, Kota Batu pada bulan 5 November 2018 s/d 19 November 2018. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi susu dan kejadian mastitis berdasarkan periode laktasi dan bulan laktasi. Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan kajian ilmiah bagi pelajar di bidang peternakan tentang produksi susu berdasarkan periode laktasi dan bulan laktasinya serta untuk mengetahui bagaimana prevalensi kejadian mastitis dan manajemen pemerahan pada sapi PFH Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor sapi perah PFH laktasi. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Kriteria yang dimaksud adalah sapi pada periode laktasi 1 s/d 5 dan bulan laktasi 1 s/d 10. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder, data primer diperoleh dari uji dan praktik di lapang, sedangkan data sekunder diperoleh dari data recording pada sapi PFH. Variabel yang diamati adalah jumlah produksi susu (liter) pada setiap ekor sapi perah dan skor mastitis dengan uji CMT (California Mastitis Test) setiap ekor sapi perah berdasarkan tingkat laktasi dan bulan laktasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Rancangan Acak Tersarang. Berdasarkan penelitian, hasil analisis ragam ANOVA menunjukkan bahwa periode laktasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P˃0,05) pada produksi susu. Produksi susu paling tinggi terdapat pada periode laktasi 4 sebesar 12,68 liter/ekor/hari, sedangkan produksi susu paling rendah terdapat pada periode laktasi 5 sebesar 9,85 liter/ekor/hari, sedangkan bulan laktasi memberikan pengaruh nyata (P˂0,05) terhadap produksi susu pada Sapi PFH. Produksi susu paling tinggi pada bulan laktasi 5 dan 6 sebesar 13,53 liter/ekor/hari, sedangkan produksi susu paling rendah terdapat pada bulan laktasi ≥7 sebesar 9,56 liter/ekor/hari. Adapun hasil analisis ragam ANOVA uji CMT menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang nyata (P˂0,05) pada periode laktasi terhadap skor mastitis, artinya periode laktasi berpengaruh terhadap skor mastitis pada sapi PFH. Skor CMT paling tinggi terdapat pada periode 5 sebesar (1,4), sedangkan skor CMT paling kecil terdapat pada periode 1 sebesar (0,5). Adapun bulan laktasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap skor mastitis pada sapi PFH (P˃0,05). Skor CMT paling tinggi terdapat pada bulan laktasi 1 dan 2 sebesar (1,37), sedangkan skor CMT paling kecil terdapat pada bulan laktasi 3 dan 4 sebesar (0,56). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan periode laktasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produksi susu, sedangkan bulan laktasi memberikan pengaruh nyata terhadap produksi susu pada Sapi PFH. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik, kesehatan ternak dan faktor lingkungan diantaranya yaitu periode laktasi dan bulan laktasi. Produksi susu seekor sapi perah tidak konstan yaitu meningkat pada awal laktasi hingga mencapai puncak produksi, kemudian menurun sampai sapi perah tersebut dikeringkan. Periode laktasi berpengaruh nyata terhadap skor CMT karena seiring bertambahnya periode laktasi maka spinchter akan semakin mengendur, sehingga mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme penyebab mastitis, sedangkan bulan laktasi tidak berpengaruh nyata terhadap skor CMT. Hal ini disebabkan oleh kontaminasi oleh bakteri atau agen pathogen dan kemudian mastitis menyebar dari satu ternak ke ternak yang lainnya. Saran penelitian untuk melakukan melakukan penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP) yaitu tatalaksana peternakan sapi perah yang meliputi segala aktivitas teknis dan ekonomis dalam hal pemeliharaan sehari-hari seperti reproduksi, cara dan sistem pemberian pakan, sanitasi, serta pencegahan dan pengobatan penyakit sehingga tingkat kejadian mastitis dapat diturunkan dan produksi susu dapat maksimal.