Hubungan Antara Statistik Vital Dengan Lingkar Skrotum Pada Kambing Peranakan Etawa Di Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang
Main Author: | Silaban, Rut Kristina Gratia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/176706/ |
Daftar Isi:
- Kambing merupakan jenis ternak ruminansia yang telah lama dikembangkan dan menjadi ternak yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat. Ternak kambing lebih banyak dikembangkan karena ternak kambing relatif mudah dalam manajemen pemeliharaan, yaitu membutuhkan kandang yang relatif kecil, pakan dapat diperoleh dengan mudah, pemeliharaan harian yang sederhana, serta perkembangbiakan yang cepat dan modal yang dibutuhkan relatif kecil. Kambing Peranakan Etawa (PE) mempunyai keseragaman bentuk fisik yang khas dibandingkan kambing asli dan lokal lain. Kambing PE selain memiliki postur tubuh yang baik serta sebagai penghasil daging dan juga potensial untuk diandalkan sebagai penghasil susu. Kambing jenis ini juga dinyatakan menjadi salah satu aset sumber daya genetik ternak (SDGT) lokal Indonesia yang sangat penting untuk dilestarikan dan dikembangkan agar diperoleh manfaat produksi yang bernilai ekonomis. Maraknya perkawinan silang antara kambing PE dengan rumpun kambing lainnya cenderung menyebabkan terjadinya degradasi genetik dan yang akhirnya dapat menyebabkan kepunahan Sumber Daya Genetik kambing PE. Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan melestarikan SDGT dengan melakukan seleksi. Seleksi yang dilakukan adalah seleksi ternak jantan untuk mendapatkan pejantan yang unggul. Proses seleksi bertujuan untuk mendapatkan bibit kambing yang unggul dan dapat mewariskan sifat unggul kepada keturunan berikutnya. Seleksi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran pada statistik vital (lingkar dada, panjang badan, tinggi badan) dan lingkar skrotum. Statistik vital berfokus mengenai pertumbuhan tubuh dari ternak, dalam hal ini statistik vital dapat menunjukkan keunggulan ternak dalam hal menghasilkan bobot hidup sedangkan pengukuran lingkar skrotum dilakukan untuk mengetahui keunggulan ternak jantan dalam reproduksi. Produktivitas dalam hal yang diukur dalam statistik vital dan lingkar skrotum seekor ternak dipengaruhi oleh dua faktor yang utama yaitu genetik dan lingkungan. Faktor genetik menentukan kemampuan produksi, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang pendukung agar ternak mampu berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Produktivitas ternak merupakan cerminan dari efesiensi reproduksi ternak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2019 di Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang. Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang merupakan kecamatan yang memiliki populasi ternak kambing terbanyak di Jawa Timur dengan jumlah populasi 51.847 ekor. Jumlah populasi yang banyak ini menyebabkan usaha pelestarian ternak sangat penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara statistik vital dengan lingkar skrotum pada kambing PE di Kecamatan Ampelgading Malang. Hasil Penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai korelasi antara statistik vital dengan lingkar skrotum. Jumlah kambing PE yang digunakan sebanyak 64 ekor yang dikelompokkan menjadi dua kelompok umur yaitu kelompok I umur 6-11 bulan dan kelompok II umur 12-36 bulan. Penentuan umur diperoleh dengan pengamatan langsung dan wawancara dengan peternak. Metode Penelitian dilakukan dengan pengukuran langsung untuk mengetahui statistik vital dan lingkar skrotum. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik vital (lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak) sebagai variabel bebas (X) dan lingkar skrotum sebagai variabel terikat (Y). Data dianalisis menggunakan uji korelasi dan menggunakan uji T untuk mengetahui signifikasi antar variabel, kemudian dilakukan uji koefisien determinan untuk mengetahui persentase pengaruh antar variabel. Hasil analisis korelasi menunjukkan koefisien korelasi antara lingkar dada dengan lingkar skrotum pada kelompok I adalah 0,18 dan memiliki hasil yang tidak signifikan. Korelasi antara lingkar dada dengan lingkar skrotum pada kelompok II adalah 0,58 dengan nilai koefisien determinasi 34,21%. Nilai korelasi ini sangat signifikan (P<0,01). Model persamaan regresi yaitu Y= 10,61 + 0,16X. Hubungan antara panjang badan dengan lingkar skrotum pada kelompok I memiliki nilai korelasi 0,52 dan memiliki hubungan yang signifikan (P<0,01) sedangkan pada kelompok II memiliki nilai korelasi 0,28 yang tidak signifikan. Variabel tinggi badan pada kedua kelompok umur memiliki korelasi yang positif dan sedang. Nilai korelasinya secara berurutan adalah 0,47 dan 0,57. Kedua variabel ini memiliki korelasi yang sangat signifikan (P<0,01). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara statistik vital dengan lingkar skrotum kambing PE di Kecamatan Ampelgading memiliki korelasi yang positif dari rendah hingga sedang pada kedua kelompok umur. Setiap terjadi pertambahan nilai pada statistik vital maka akan terjadi pertambahan nilai pada lingkar skrotum. Nilai korelasi tertinggi adalah pada lingkar dada kelompok II umur 12-36 bulan. Nilai korelasi terendah adalah pada lingkar dada Kelompok I umur 6-11 bulan. Panjang badan pada kelompok umur I menunjukan nilai korelasi yang sedang dan nyata sedangkan pada kelompok umur II nilai korelasi rendah dan tidak nyata. Selanjutnya diikuti oleh nilai korelasi pada tinggi pundak pada kedua kelompok umur. Hal yang dapat dilakukan untuk mengestimasi lingkar skrotum pada kambing PE di Kecamatan Ampelgading dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran terhadap lingkar dada pada umur 12-36 bulan karena memiliki korelasi yang tertinggi dan sangat nyata dengan lingkar skrotum dibandingkan dengan ukuran panjang badan dan tinggi badan. Selanjutnya dalam hal menghasilkan kualitas kambing PE jantan unggul sangat diperlukan pencatatan mengenai ukuran tubuh dalam rangka meningkatkan produktivitas pejantan unggul.