Pengaruh Pemberian Air Perak (Ag) Terhadap Kadar Malondialdehida (Mda) Dan Gambaran Histopatologi Ileum Tikus Putih Model Inflammatory Bowel Disease

Main Author: Napitupulu, Dian Agatha
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/176703/1/DIAN%20AGATHA%20NAPITUPULU%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/176703/
Daftar Isi:
  • Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit yang mewakili sekelompok gangguan peradangan kronis di sistem pencernaan pada hewan dan manusia. Penyebab pasti IBD masih belum diketahui, namun faktor-faktor seperti genetik, lingkungan, ketidakseimbangan bakteri dan reaksi yang tidak tepat dari sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan terjadinya IBD. Air perak memiliki potensi sebagai antibakteri, antijamur dan antiinflamasi yang diharapkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif terapi Inflammatory Bowel Disease (IBD) melalui pengaruhnya pada penurunan kadar malondialdehida (MDA) dan perbaikan gambaran histopatologi ileum tikus putih. Pada penelitian ini pembuatan hewan model IBD dilakukan dengan induksi indometasin 15mg/kgBB secara sonde lambung, menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, berumur 8-12 minggu, dan dengan berat badan 150-200 gram. Ada 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif, kontrol positif, kelompok terapi dengan air perak 25 ppm dengan volume masing-masing 1 mL, 2 mL, dan 3 mL. Pengukuran kadar malondialdehida (MDA) dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri dan histopatologi ileum dengan menggunakan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi air perak dengan volume 3 mL dapat menurunkan kadar malondialdehida (MDA) dengan (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok terapi 1 dan 2 dengan volume masing-masing 1 mL dan 2 mL. Air perak mengurangi sel radang pada gambaran histopatologi ileum bila dibandingkan dengan histopatologi kontrol positif. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terapi air perak dapat menurunkan kadar malondialdehida dan mengurangi sel radang, namun hemoragi, kerusakan vili dan epitel pada gambaran histopatologi ileum belum dapat terpeerbaiki karena terapi dilakukan selama 10 hari yang masih termasuk dalam fase proliferasi