Perbedaan Lama Perawatan, Lama Kembali Beraktivitas Dan Tingkat Nyeri Pasca Operasi Pada Pasien Kolelitiasis Yang Dilakukan Mini Laparotomi Kolesistektomi Dengan Laparoskopi Kolesistektomi Di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang
Main Author: | Sudibyoko, Hananta |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/176696/ |
Daftar Isi:
- Kolelitiasismerupakanendapansatuataulebihkomponenempeduyaitukolester ol, bilirubin, garamempedu, kalsium, protein, asamlemak, danfosfolipid di dalamkandungempeduDi AmerikaSerikat, sekitar 20 juta orang (10-20% populasidewasa) mengalamikolelitiasis. Kolesistektomimerupakanprosedur yang umumdilakukansertakomplikasinyajarangmenimbulkankematian.Saatini, kolesistektomilaparoskopimerupakanprosedurpembedahan yang bersifatinvasif minimal dantelahmenjadiprosedurstandar di rumahsakitdibandingkandenganprosedurkolesistektomiterbuka.Akhirakhirinitelahdilakukanpengembanganteknikkolesistektomidenganpendekatanminil aparotomidimanalukainsisi subcostal yang dilakukanberkisarantara 3-5 cm. PenelitianolehChalkooet al (2009) menunjukkanbahwakolesistektomiminilaparotomisangatmungkindilakukandanam ankarenamempunyaitingkatmorbiditasdannyeripascaoperasilebihrendahdibandin gkankolesistektomikonvensional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik prospektif yang membandingkan kelompok kolesistektomi laparoskopi dan kelompok kolesistektomi mini-laparotomi. Parameter yang dibandingkan adalah tingkat nyeri, lama perawatan, dan lama kembali beraktifitas pasien pasca operasi. Penelitian ini menggunakan sample sebanyak 67 pasien yang terbagi dalam 2 kelompok perlakuan. Masing-masing sebanyak 33 pasien untuk kelompok laparoskopi kolesistektomi dan 34 pasien untuk kelompok minilaparotomi kolesistektomi. Penelitian ini dilakukan pada pasien dengan diagnosis kolelitiasis simtomatis yang datang ke poli bedah digestif Rumah Sakit Saiful Anwar Malang mulai Januari 2015 sampai Juli 2016. Parameter yang dicatat sebagai data penelitian, diantaranya usia, indeks, Estimated blood loss, durasi operasi (dihitung mulai insisi kulit sampai penutupan kembali kulit), komplikasi intraoperative (mayor dan minor), nyeri dievaluasi dengan visual analogue. jangka waktu rawat inap dicatat (hari pembedahan sebagai hari ke-0), serta lama kembali beraktifitas di evaluasi dengan menggunakan skala barthel indeks. Pada penelitian ini lama perawatan di rumah sakit baik untuk kelompok kolesistektomi laparoskopi maupun minilaparotomi tidak berbeda karena pada kedua kelompok tersebut sama-sama menjalani 2 hari perawatan. Masa pemulihan (kembali beraktivitas normal) kurang dari 2 minggu dengan skala 100. Rerata skala nyeri metode laparoskopi (skor VAS 2.5±0.6) lebih rendah dibandingkan dengan metode minilaparotomi (skor VAS 2.8±0.74). Hasil uji statistik dengan Mann-Whitney U menunjukkan nilai p = 0.167. Oleh karena nilai p > 0.05 maka hasil ini menunjukkan bahwa rerata skor nyeri metode laparoskopi tidak berbeda signifikan dengan metode minilaparotomi. rerata durasi operasi metode laparoskopi (106.5±11.8 menit) lebih panjang dibandingkan dengan metode minilaparotomi (57.5±5.3 menit). Hasil uji statistik dengan Mann-Whitney U menunjukkan nilai p = 0.000. Oleh karena nilai p < 0.05 maka hasil ini menunjukkan bahwa durasi operasi metode minilaparotomi secara signifikan lebih pendek dibandingkan dengan metode laparoskopi. rerata jumlah pendarahan metode laparoskopi (29.5±9.8 cc) lebih sedikit dibandingkan dengan metode minilaparotomi (36.8±12.7 cc). Hasil uji statistik dengan Mann-Whitney U menunjukkan nilai p = 0.013. Oleh karena nilai p < 0.05 maka hasil ini menunjukkan bahwa rerata jumlah pendarahan metode laparoskopi secara signifikan lebih sedikit dibandingkan dengan metode minilaparotomi.