Perbandingan Conception Rate Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Beku Dan Semen Cair Pada Sapi Brahman Cross
Main Author: | Wulandari, Rizki Meinar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/176692/ |
Daftar Isi:
- Sapi Brahman cross merupakan sapi yang mampu menghasilkan produksi daging secara cepat sehingga peningkatan mutu genetik perlu dilakukan untuk membantu dalam upaya pemenuhan kebutuhan daging melalui program Inseminasi Buatan. Aplikasi Inseminasi Buatan (IB) dengan menggunakan semen cair dinilai lebih praktis karena tidak membutuhkan nitrogen cair serta pembuatannya lebih ekonomis. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 September sampai 1 Oktober 2017 di PT Pasir Tengah, Cianjur, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan conception rate pada IB menggunakan semen bekudan semen cair. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan Inseminasi Buatan di PT Pasir Tengah. Materi penelitian ini menggunakan data sekunder dari data pemeriksaan kebuntingan sapi dengan menggunakan sampel 65 ekor sapi Brahman cross yang di IB semen beku dan 60 sapi Brahman cross yang di IB semen cair dengan sinkronisasi estrus menggunakan PGF2α single dosis sebanyak 5 ml. Selanjutnya dilakukan evaluasi kebuntingan menggunakan conception rate (CR) berdasarkan semen yang digunakan yaitu semen beku dan semen cair. Sapi betina yang digunakan dipilih secara acak. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan 3 bulan setelah dilaksanakan IB dengan menggunakan teknik palpasi rektal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil CR yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa Inseminasi Buatan dengan menggunakan semen beku memperoleh nilai yang lebih tinggi sebesar 21,54% daripada menggunakan semen cair 11,66%. Hasil persentase kebuntingan berdasarkan CR dari IB semen beku maupun semen cair masih sangat rendah bahkan tidak mencapai 40%, hal ini dapat dikarenakan tidak adanya proses seleksi fisiologis sebelum dilaksanakan IB dan tidak adanya pengamatan berahi pada induk karena proses IB dilakukan secara serentak 3 hari setelah dilakukan sinkronisasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persentase CR hasil IB menggunakan semen beku menghasilkan hasil yang lebih tinggi sebesar 21,54% namun demikian, angka tersebut masih terbilang rendah dan perlu diadakan evaluasi kembali. Saran yang diberikan untuk penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengamati tanda-tanda berahi, setelah dilakukan sinkronisasi estrus single dosis untuk meningkatkan persentase CR.