Status Fisiologi Domba Lokal yang Digembalakan di Daerah Tambak, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan

Main Author: Budhi, Suputra Pratita
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/176528/
Daftar Isi:
  • Domba memiliki peranan yang cukup signifikan se-bagai penyedia daging dalam mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan konsumsi protein hewani masyarakat. Domba yang banyak dijumpai di Indonesia yaitu Domba Lo-kal. Ternak Domba Lokal sampai saat ini pengusahaannya masih didominasi oleh peternakan rakyat dengan skala usaha kecil dan sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional. Permasalahan pengembangan peternakan domba yaitu tidak tersediannya bibit yang unggul, produktivitas domba yang rendah dan sistem pemeliharaan domba yang masih tradision-al. Produktivitas domba dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi status fisiologi Domba Lokal. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan rakyat dae-rah tambak, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan pada 1 Desember sampai 31 Desember 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status fisiologi (suhu rektal, frekuensi pernafasan dan denyut jantung) domba lokal di daerah tambak mencakup kondisi saat sebelum dan sesudah digembalakan, perbedaan umur seperti anak, muda, dewasa serta perbedaan jenis kelamin, selain itu dapat memberikan informasi mengenai status fisiologi Domba Lokal yang digembalakan di daerah tambak. Materi penelitian yang digunakan yaitu 80 ekor Dom-ba Lokal yaitu 23 ekor jantan (anak 6 ekor, muda 12 ekor dan dewasa 5 ekor) dan 57 ekor betina (anak 5 ekor, muda 19 ekor dan dewasa 33 ekor) yang digembalakan di daerah tambak. Metode yang digunakan dalam penelitihan ini adalah survey dengan penentuan sampel secara total sampling. Variabel yang diamati yaitu suhu rektal, frekuensi pernafasan, dan denyut jantung. Data yang telah dikumpulkan dihitung rataan dan standar deviasi kemudian dianalis menggunakan uji anova dengan uji lanjutan duncan, uji t tidak berpasangan dan uji t berpasangan. Hasil pengamatan diperoleh rata-rata suhu rektal tertinggi terdapat pada Domba Lokal anak sebesar 39,21 ± 0,480C dan rata-rata suhu rektal terendah terdapat pada Domba Lokal dewasa sebesar 38,62 ± 0,330C. Hasil rata-rata frekuensi pernafasan terbesar terdapat pada Domba Lokal anak sebesar 61,68 ± 6,55 kali/menit dan rata-rata frekuensi pernafasan terkecil terdapat pada Domba Lokal dewasa sebesar 48,91 ± 7,37 kali/menit. Hasil rata-rata frekuensi pernafasan pada Domba Lokal jantan sebesar 59,28 ± 6,87 kali/menit dan betina sebesar 50,73 ± 8,72 kali/menit. Hasil rata-rata frekuen-si pernafasan sebelum digembalakan yaitu 48,28 ± 9,66 kali/menit dan sesudah digembalakan yaitu 58,10 ± 10,92 kali/menit. Hasil rata-rata denyut jantung pada anak memiliki nilai paling tinggi sebesar 93,09 ± 6,70 kali/menit dan rata-rata frekuensi denyut jantung terkecil terdapat pada dewasa sebesar 70,50 ± 9,92 kali/menit, dari anak, muda sampai dewasa men-galami penurunan denyut jantung. Hasil rata-rata jantan yaitu 85,04 ± 10,15 kali/menit lebih besar daripada betina yaitu 74,71 ± 12,39 kali/menit. Sebelum digembalakan memiliki rata-rata denyut jantung lebih rendah sebesar 70,91 ± 11,84 kali/menit dibandingkan dengan setelah digembalakan sebesar 84,45 ± 14,70 kali/menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur, jenis kelamin, waktu sebelum dan sesudah digemba-lakan memiliki pengaruh nyata (P<0.05) terhadap frekuensi pernafasan dan denyut jantung Domba Lokal, sedangkan jenis kelamin, waktu penggembalaan sesudah dan sebelum digem-balakan tidak memiliki pengaruh yang nyata (P>0.05) ter-hadap suhu rektal Domba Lokal. Disimpulkan bahwa kelompok umur yang memiliki nilai status fisiologi meliputi suhu rektal, frekuensi pernafasan dan denyut jantung paling tinggi yaitu anak. Domba anak, muda sampai dewasa mengalami penurunan status fisiologi berupa suhu rektal, frekuensi pernafasan dan denyut jantung. Domba Lokal setelah digembalakan mengalami peningkatan status fisiologi berupa suhu rektal, frekuensi pernafasan dan denyut jantung dari keadaan sebelum digembalakan. Domba Lokal jantan memiliki nilai status fisiologi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Domba Lokal betina. Saran dari penelitihan ini yaitu sebaiknya dilakukan penelitihan lebih lanjut mengenai jangka waktu adaptasi Domba Lokal sebelum diukur status fisiologinya meliputi suhu rektal, frekuensi pernafasan dan denyut jantung.