Karakteristik Semen Segar dan Recovery Rate Sapi Pasundan pada Bobot Badan yang Berbeda
Main Author: | Lapoliwa, Anggit Damaratri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/176345/ |
Daftar Isi:
- Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap pemenuhan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam menopang pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Terdapat beberapa jenis sapi lokal di Indonesia yang dapat menghasilkan daging sebagai pemenuhan kebutuhan protein hewani salah satunya adalah sapi Pasundan. Berbagai upaya dilakukan untuk mengembangkan populasi sapi Pasundan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi daging yaitu dengan program Inseminasi Buatan (IB). Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan semen yang berkualitas baik untuk program IB salah satunya adalah bobot badan pejantan. Semakin tinggi bobot badan pejantan maka ukuran testis yang dimiliki semakin besar yang berpengaruh terhadap kualitas semen yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Lembang, Bandung, Jawa Barat tanggal 22 Oktober – 2 November 2018. Data yang digunakan merupakan data sekunder penampungan semen sapi Pasundan selama 2 tahun 7 bulan atau 31 bulan terhitung mulai 1 Januari 2016 – 27 Agustus 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik semen yang meliputi warna, volume, pH, konsentrasi, konsistensi, motilitas individu, gerak massa, motilitas before freezing, Post Thawing Motility (PTM), Recovery Rate (RR) dan produksi semen beku. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar dari sapi Pasundan bernama Santang dengan kode pejantan (251302). Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan uji annova atau uji Kruskal Whallis. Sapi Pasundan diuji kualitas secara makroskopis dan mikroskopis. Uji makroskopis meliputi volume, warna, pH dan konsistensi sedangkan uji mikroskopis meliputi gerak massa, konsentrasi, motilitas individu, motilitas before freezing, Post Thawing Motility (PTM), recovery rate (RR) dan produksi semen beku. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata volume terbanyak tedapat pada sapi dengan bobot badan ≥ 500 - < 600 kg dengan volume 6,3 ± 1,79 ml dan rata-rata volume terendah terdapat pada sapi dengan bobot badan ≥ 600 kg dengan volume 5 ± 1,9 ml. Pada hasil persentase warna diperoleh bahwa sapi dengan bobot badan < 400 kg memiliki persentase terbesar warna putih susu sebanyak 75 % dan persentase warna abnormal terbesar sebanyak 13 % jika dibandingkan dengan bobot badan yang lainnya. Hasil rata-rata pH diperoleh sapi dengan bobot badan ≥ 400 - < 500 kg memiliki nilai pH tertinggi 6,76 ± 0,12 dan sapi dengan bobot badan ≥ 600 kg memiliki nilai pH terendah 6,63 ± 0,15. Pada hasil persentase konsistensi didapatkan sapi dengan bobot badan < 400 kg memiliki persentase encer terbanyak sebesar 62 % , sedangkan sapi dengan bobot badan ≥ 600 kg memiliki nilai persentase sedang terbanyak sebesar 72%. Hasil rata-rata konsentrasi diperoleh sapi dengan bobot badan ≥ 600 kg memiliki nilai konsentrasi tertinggi sebesar 1153,56 ± 286,39 (106/ml), sedangkan sapi dengan bobot badan < 400 kg memiliki nilai rata-rata konsentrasi terendah sebesar 808,50 ± 374,36 (106/ml) . Pada hasil persentase gerak massa diperoleh sapi dengan bobot badan ≥ 400 - < 500 kg memiliki nilai gerak massa 1 + terbesar yaitu 90% , sedangkan persentase gerak massa 2+ terbesar terdapat pada sapi dengan bobot badan ≥ 500 - < 600 kg sebesar 55%. Hasil rataan motilitas individu diperoleh bahwa sapi dengan bobot badan ≥ 500 - < 600 kg memiliki nilai motilitas tertinggi sebesar 59,0 ± 14,4, sedangkan sapi dengan bobot badan ≥ 400 - < 500 kg memiliki nilai motilitas terendah sebesar 45,75 ± 13,8. Pada hasil before freezing diperoleh bahwa sapi dengan bobot badan < 400 kg memiliki motilitas before freezing terbesar yaitu 61,67 ± 2,9 %, sedangkan sapi dengan bobot badan ≥ 400 - < 500 kg memiliki nilai rata-rata motilitas before freezing terendah sebesar 60 ± 0 %. Pada hasil rata-rata PTM diperoleh bahwa sapi dengan bobot badan ≥ 400 - < 500 kg memiliki nilai terbesar 42,0 ± 2,9 %, sedangkan sapi dengan bobot badan < 400 kg memiliki nilai PTM terendah yaitu 40,0 ± 0 %. Hasil rata-rata recovery rate diperoleh sapi dengan bobot badan ≥ 400 - < 500 kg memiliki nilai tertinggi 60 ± 0,04 %, sedangkan sapi dengan bobot badan < 400 kg memiliki nilai rata-rata recovery rate terendah sebesar 57 ±0. Pada hasil produksi semen beku yang diperoleh bahwa sapi dengan bobot ≥ 500 - < 600 kg memiliki rataan yang tinggi yaitu 288 ± 94,67 straw/ ejakulasi, sedangkan sapi dengan bobot badan < 400 kg memiliki rataan terendah sebesar 141 ± 37,07 straw/ejakulasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa bobot badan memberikan pengaruh yang nyata ( P < 0,05) terhadap volume, konsentrasi, pH, motilitas individu dan produksi semen beku yang dihasilkan sapi Pasundan, sedangkan bobot badan tidak memberikan pengaruh yang nyata ( P > 0,05) terhadap parameter motilitas before freezing , Post Thawing Motility dan recovery rate sapi Pasundan. Disimpulkan bahwa bobot badan yang berbeda berpengaruh terhadap karakteristik semen yang diproduksi sapi Pasundan. Saran dari penelitian ini adalah penampungan semen sapi Pasundan sebaiknya dilakukan saat sapi berbobot badan ≥ 500 - < 600 kg karena pada bobot badan tersebut sapi Pasundan memiliki produksi semen beku yang tinggi.