Analisis Risiko Produksi Usaha Peternakan Broiler Pola Kemitraan Di Kabupaten Asahan Sumatera Utara
Main Author: | -, Rakhmanyati |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/176026/1/Rakhmanyati%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/176026/ |
Daftar Isi:
- Peternak memilih beternak broiler karena masa produksi broiler relatif singkat dibandingkan dengan ternak lainnya, dengan masa produksi broiler 4-6 minggu. Tetapi usaha peternakan banyak ditemui beberapa kendala. Kendala yang di hadapi berupa tingginya tingkat resiko yang dihadapi oleh peternak, resiko yang biasa dihadapi oleh peternak adalah resiko harga yaitu dari harga-harga input atau pembelian DOC (Day old chick) serta harga penjualan produk berupa ayam hidup maupun produk olahan. Peternak juga dihadapkan dengan resiko produksi berupa cuaca, penyakit, hama, variasi genetik, dan waktu pelaksanaan kegiatan, serta terjadinya resiko sosial sekitar peternakan. Tujuan dari penelitian ini antara lain mengidentifikasi sumber-sumber resiko produksi peternakan broiler dan menganalisa hubungan antara resiko produksi dengan penyebab resiko produksi. Manfaat penelitian ini adalah sebagai masukan untuk peternak broiler pola kemitraan di kabupaten Asahan dalam pengambilan keputusan menghadapi resiko yang terjadi pada bisnisnya sehingga peternak dapat meminimalkan resiko yang terjadi. Sebagai bahan evaluasi dalam pengembangan usaha dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Data didapat dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dan di observasi untukvi mengetahui kejadian yang sesungguhnya. Sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 orang peternak dengan minimum 2000 ekor, setelah dihitung sampel terdapat 3 skala peternakan yaitu skala 1 (2500-3700 broiler, n=9), skala 2 (4000- 8000 broiler, n=15) dan skala 1 (>8000 broiler, n=6). Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui sumber-sumber resiko dan korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor produksi dengan resiko produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber resiko produksi pada usaha peternakan broiler di Kabupaten Asahan adalah cuaca, penyakit dan predator. Jumlah ayam yang mati akibat cuaca pada peternakan skala 1 sebanyak 0,53%, pada peternakan skala 2 jumlah ayam yang mati sebanyak 0,58% dan peternakan skala 3 jumlah ayam yang mati sebesar 0,57%. Predator yang menyerang broiler yaitu kucing, tikus, biawak dan anjing. Serangan predator menyebabkan kematian pada peternakan skala 1 sebesar 2%, pada peternakan skala 2 broiler yang mati sebesar 1,93% dan peternakan skala 3 sebesar 1,9% broiler yang mati. Kucing merupakan predator yang paling sering menyerang broiler pada umur DOC. Sumber resiko berupa penyakit yang sering menyerang broiler adalah CRD (Chronic Respiratory Disease), sebesar 57% peternak atau sebanyak 17 peternak dari 30 peternak yang diteliti pernah mengalami ternaknya terserang penyakit CRD (Chronic Respiratory Disease). Persentase kematian akibat penyakit sebesar 0,43% pada peternakan skala 1, 0,33% pada peternakan skala 2 dan 0,31% pada peternakan skala 3. Hasil uji korelasi antara pakan dengan resiko menunjukkan bahwa korelasi termasuk dalam kategori kuat dengan koefisien korelasi -0,669 pada peternakan skala pemeliharaan peternakan skala 1, sedangkan pada peternakan skala 2 koefisien korelasi nya hanya - 0,110 yang berarti termaksud kategori lemah begitu juga dengan peternakan skala 3 berada pada kategori lemah dengan koefisien korelasi -0,353. Hal ini menunjukkan bahwa peternakan denganvii peternakan skala 1 terjadi hubungan yang sangat kuat antara variabel pakan dengan variabel resiko jika variabel yang lainnya tetap. Sedangkan arah hubungan negatif karena nilai r negatif, artinya jika manajemen pakan diperbaiki maka resiko produksi akan turun. Hasil uji korelasi antara sekam dengan resiko produksi pada peternakan skala 1 dan peternakan skala 2 menunjukkan bahwa hubungan termasuk dalam kategori lemah dengan koefisien korelasi - 0,296 dan -0,357. Sedangkan peternakan skala 2 hubungan termasuk dalam kategori sangat lemah dengan nilai koefisien -0,60. Arah hubungan negatif karena nilai r negatif, artinya semakin banyak sekam digunakan dan manajemen perkandangan yang baik maka resiko produksi menurun. Hasil uji korelasi antara kepadatan kandang dengan resiko peternakan skala 1 dan peternakan skala 3 ekor hubungan berada pada kategori lemah dengan masing-masing koefisien korelasi yaitu 0,235 dan 0,393, sedangkan peternakan skala 2 hubungan berada pada kategori sangat lemah dengan koefisien korelasi 0,011. Arah hubungan positif karena nilai r positif, artinya semakin tinggi kepadatan kandang maka resiko produksi meningkat. Hasil uji korelasi antara pekerja dengan resiko produksi pada peternakan skala 1 dan peternakan skala 3 hubungan berada pada kategori lemah dengan masing-masing koefisien korelasi yaitu - 0,393 dan -0,253, sedangkan peternak dengan peternakan skala 2 hubungan pekerja dengan resiko produksi berada pada kategori sangat lemah karena koefisien korelasi -0,46. Hubungan pekerja dengan resiko produksi memiliki hubungan yang negatif karena nilai r negatif yang artinya jika pekerja ditambah maka resiko produksi akan menurun. Hasil uji korelasi antara DOC (Day old chick) dengan resiko produksi pada peternakan skala 1 berada pada kategori sedang dengan koefisien korelasi 0,575, s peternakan skala 2 hasil uji korelasi berada pada kategori lemah dengan nilai koefisien korelasi 0,390 dan peternakan skala 3 hasil uji korelasi berada pada kategoriviii kuat dengan koefisien korelasi 0,776. Hubungan DOC dengan resiko produksi memiliki hubungan yang negatif karena nilai r positif yang artinya yang diartikan jika terjadi penambahan DOC (Day old chick) tetapi tidak didukung dengan manajemen pemeliharaan yang tidak baik maka dan kualitas DOC (Day old chick) buruk maka resiko produksi akan meningkat. Kesimpulan Hasil penelitian resiko pada peternakan skala 1 (pemeliharaan 2.500-3.700 broiler), skala 2 (pemeliharaan 4000- 8000 broiler), dan skala 3 (pemeliharaan >8000 ekor) memperoleh hasil sebagai berikut terdapat 3 sumber resiko produksi pada peternakan yaitu cuaca, predator dan penyakit. Sumber resiko penyakit merupakan sumber resiko terbesar yang menyebabkan kematian dengan presentase kematian 2% untuk peternakan skala 1, 1,93% untuk peternakan skala 2 dan 1,9% untuk peternakan skala 3. Kematian terbesar yang disebabkan oleh sumber resiko produksi terdapat pada peternakan skala 1 dengan presentase 2,96%. Faktor produksi yang memiliki hubungan yang kuat dengan resiko produksi adalah pakan pada skala 1 dan DOC (Day old chick) pada skala 2 dan faktor produksi yang memiliki hubungan yang sedang dengan resiko produksi adalah DOC (Day old chick) pada peternakan skala 1. Faktor produksi berupa pakan memiliki arah hubungan negatif yang diartikan jika manajemen pemberian pakan diperbaiki maka akan menurunkan tingkat resiko produksi. Sedangkan faktor resiko produksi berupa DOC (Day old chick) arah hubungannya positif yang diartikan jika terjadi penambahan DOC (Day old chick) tetapi tidak didukung dengan manajemen pemeliharaan yang tidak baik maka resiko produksi akan meningkat. Saran penelitian ini sumbersumber resiko produksi dapat diminimalisir dengan cara manajemen pemeliharaan seperti biosecurity dan sanitasi kandang. Renovasi kandang secara berkala juga diperlukan sehingga ternak menjadi nyaman. Variabel pakan dan kepadatan kandang merupakan faktor resiko yang memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap resiko produksi berupa kematian (deplesi), perlu dilakukan manajemenix lebih baik sehinga faktor-faktor produksi dapat menjadi pengurang resiko pada usaha peternakan broiler.