Pengaruh Vaksin Kinoid Il-17a Terhadap Titer Antibodi Anti Il-17a Dan Jumlah Sel Th 17 Limpa Pada Mencit Model Lupus Eritematosus Sistemik

Main Author: Sari, Dita Kartika
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/176018/
Daftar Isi:
  • Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit keradangan sistemik, yang disebabkan oleh respon imunitas tubuh yan berlebih. Seperti ciri dari penyakit autoimun pada umumnya, pada penyakit LES juga ditemukan antibodi terhadap antigen tubuh sendiri, seperti Anti Nuclear Antibodi (ANA). Antibodi yang terbentuk secara masif dalam tubuh, dan clearens yang buruk akan memicu terjadinya kompleks imun yang dapat terdeposit pada berbagai tempat ditubuh. Keradangan terus menerus oleh banyaknya kompleks imun yang terjadi akan meningkatkan respon imun tubuh yang lain, sehingga membuat keadaan yang terjadi seperti lingkaran setan. Salah satu interleukin yang berperan besar dalam patogenesis penyakit LES adalah sitokin hasil produksi salah satu subset baru dari sel T helper, yaitu Th 17 yang memproduksi Interleukin-17A (IL-17A). IL-17A yang merupakan sitokin proinflamasi yang poten dapat menyebabkan karakteristik tertentu dari LES, yaitu menginduksi inflamasi vaskular, rekruitmen leukosit dengan meningkatkan produksi lokal dari kemokin, hingga aktivasi sel B dan produksi autoantibodi. Dari efek yang ditimbulkan oleh IL-17A pada penyakit LES ini, maka timbul ide dalam mengembangkan terapi yang dapat menghambat mekanisme IL-17A dalam patogenesis LES. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari pemberian vaksin kinoid IL-17A yang berifat non-toksik namun imunogenik dalam memicu terbentuknya antibodi alamiah anti IL-17A yang mampu menetralisir dan meregulasi fungsi sitokin IL-17A yang berlebihan tersebut, sehingga dapat memperbaiki regulasi sistem imun pada penyakit LES. Metode penelitian yang digunakan adalah True Experimental Animal Design dengan The Post Test only Control Group. Menggunakan mencit Balb/c betina yang diberikan injeksi pristane secara intraperitoneal dosis tunggal sebanyak 0.5 ml dan diinkubasi selama 8 minggu untuk menunggu manifestasi LES. Kemudian IL-17A di coupling dengan protein carrier keyhole limpet hemocyanin (KLH) dan diberikan pada mencitdengan tiga dosis perlakuan yaitu : P1 (125 μg/ml), P2 (250 μg/ml), and P3 (500 μg/ml). Vaksin diberikan tiga kali dengan interval 3 minggu sejak minggu ke-8 pasca induksi pristane. Th17 diukur menggunakan flow cytometry; antibodi anti-IL-17A diukur menggunkan indirect ELISA. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa titer antibodi anti IL-17A berbeda secara bermakna pada hari ke-60 dari setiap kelompok perlakuan dengan p=0.000. Sementra antibodi anti IL-17A tertinggi pada hari ke-60 didapatkan pada kelompok P1 (3.181 ± 0.02 μg / ml), yang berbeda secara signifikan dengan kelompok KP (3.089 ± 0.01 μg / ml) dengan p = 0.000. Kelompok KP merupakan kelompok dengan rata rata persentase sel Th17 tertinggi (0.57 ± 0.37%). Persentase sel Th17 ini didapatkan menurun pada kelompok P1 (0.14 ± 0.96%) yang mendapatkan injeksi vaksin dosis 125 μg / ml dengan p = 0.045. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa imunisasi aktif IL-17A yang di coupling dengan KLH dapat menginduksi titer antibodi anti IL-17A yang dapat menetralisasi IL-17A, dan menurunkan jumlah sel Th17 jaringan limpa.