Pengaruh Bobot Badan Dan Paritas Induk Kambing Peranakan Etawa (PE) Terhadap Jumlah Anak Sekelahiran Dan Bobot Lahir Di Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang

Main Author: Jatmiko, Ervin Budi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/175982/
Daftar Isi:
  • Penelitan ini dilakukan di peternakan rakyat Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang pada bulan 7 Januari sampai dengan 7 Februari 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bobot badan induk kambing PE dengan jumlah anak sekelahiran dan bobot lahirnya pada paritas yang berbeda di Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman manajemen pemeliharaan maupun dalam seleksi indukan kambing PE yang baik yaitu punya kemungkinan beranak kembar (litter size) dan bobot lahir yang tinggi. Materi yang digunakan di Kecamatan Ampelgading sebanyak 105 ekor induk kambing PE yang baru beranak berdasarkan paritas berbeda (1, 2, 3, dan 4) serta anak kambing yang baru lahir sebanyak 167 ekor. Penentuan paritas diperoleh dengan wawancara dengan peternak. Metode Penelitian dilakukan dengan cara menimbang bobot badan induk kambing yang baru beranak dan anak kambing yang baru lahir. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bobot badan induk sebagai variabel bebas (X) dan litter size dan bobot lahir sebagai variabel terikat (Y). Data dianalisis menggunakan uji korelasi dan menggunakan uji T untuk mengetahui signifikasi antar variabel, kemudian dilakukan uji koefisien determinan untuk mengetahui persentase pengaruh antar variabel. Hasil analisis korelasi antara bobot badan induk dengan litter size dan bobot lahir memiliki hubungan yang positif dari sangat rendah, rendah dan sedang yang memiliki arti semakin tinggi nilai korelasi antara bobot badan induk dengan litter size dan bobot lahir, maka semakin kuat tingkat hubungan antara bobot badan induk dengan litter size dan bobot lahir. Jika nilai litter size dan bobot lahir cenderung naik seiring dengan bertambahnya nilai bobot badan induk maka disebut korelasi positif. Hasil rataan bobot badan induk pada paritas 1 sampai dengan 4 berurutan adalah 31,97 ± 4,69; 43,42 ± 4,72; 45,34 ± 9,61 dan 51,04 ± 1,78. Nilai korelasi tertinggi pada hubungan antara bobot badan induk dengan litter size pada paritas 2 berbeda nyata sebesar +0,41 (P<0,05) bermakna semakin tinggi nilai korelasi antara bobot badan dengan litter size, maka semakin kuat tingkat hubungan antara bobot badan dengan litter size dan nilai litter size cenderung naik seiring dengan bertambahnya nilai bobot badan induk. Nilai koefisien determinasinya sebesar 16,50% bermakna bahwa bobot badan induk memengaruhi litter size sebesar 16,50%, sedangkan sisanya sebesar 83,50% dipengaruhi faktor lain. Hasil rataan litter size pada paritas 1 sampai dengan 4 berurutan adalah 1,24 ± 0,44; 1,52, ± 0,63; 1,76 ± 1,62 dan 1,96 ± 0,55. Nilai korelasi tertinggi pada hubungan antara bobot badan induk dengan bobot lahir pada paritas 1 berbeda nyata sebesar +0,41 (P<0,05) bermakna semakin tinggi nilai korelasi antara bobot badan dengan bobot lahir, maka semakin kuat tingkat hubungan antara bobot badan dengan bobot lahir dan nilai bobot lahir cenderung naik seiring dengan bertambahnya nilai bobot badan induk. Nilai koefisien determinasi sebesar 16,72% bermakna bahwa bobot badan induk memengaruhi bobot lahir sebesar 16,72% sedangkan sisanya sebesar 83,28% dipengaruhi faktor lain. Hasil rataan bobot lahir pada paritas 1 sampai dengan 4 berurutan adalah 3,31 ± 0,47; 3,56 ± 0,37; 3,45 ± 0,54 dan 3,55 ± 0,62.