Pengaruh Force Molting Terhadap Bobot Badan, Produksi Telur, dan Berat telur Pada Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Dengan Metode Konvensional
Main Author: | Putri, Imadya Anggi Anggoro |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/175798/ |
Daftar Isi:
- Burung puyuh merupakan salah satu komoditas unggas yang mempunyai peran dan prospek yang baik sebagai ternak penghasil telur. Burung puyuh yang memiliki nama latin Coturnix-coturnix japonica saat ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dikalangan masyarakat. Burung puyuh memiliki beberapa keunggulan yaitu kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam, memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan masa produksi yang relatif lebih cepat. Salah satu faktor kendala dalam pengembangan burung puyuh saat ini yaitu masalah bibit. Saat ini peternak burung puyuh sulit mendapatkan bibit burung puyuh dengan kualitas baik dengan harga yang murah. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh peternak burung puyuh untuk menghadapi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan cara alternatif berupa force molting. Force molting merupakan tindakan yang digunakan untuk mempercepat rontok bulu dengan menghentikan produksi telur pada unggas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui vii pengaruh force molting terhadap bobot badan, produksi telur, dan berat telur pada puyuh (Coturnix-coturnix japonica) dengan metode konvensional. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 September 2018 sampai dengan 1 Oktober 2018 di peternakan burung puyuh milik Bapak Iskandar yang terletak di Dusun Bunder, Desa Ampeldento, Kecamatan Karangploso, Kota Batu. Metode yang digunakan adalah percobaan dengan menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat kali ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu (P1) merupakan perlakuan kontrol; (P2) dimana ternak dipuasakan selama dua hari setelah itu pada hari ke-3 dan ke-4 diberi pakan, dan perlakuan diulang sampai akhir penelitian; (P3) dimana ternak dipuasakan selama empat hari setelah itu pada hari ke-5 sampai hari ke-8 diberi pakan, dan perlakuan diulang sampai akhir penelitian; (P4) dimana ternak dipuasakan selama enam hari setelah itu pada hari ke-7 sampai hari ke-12 diberi pakan, dan perlakuan diulang sampai akhir penelitian; (P5) dimana ternak dipuasakan selama delapan hari setelah itu pada hari ke-9 sampai hari ke-18 diberi pakan, dan perlakuan diulang sampai akhir penelitian. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu bobot badan burung puyuh, produksi telur burung puyuh, dan berat telur burung puyuh. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa ragam (ANOVA) dengan bantuan program analisa data pada Microsoft excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh force molting secara konvensional yang dilakukan terhadap burung puyuh memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot badan dan produksi telur, sedangkan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap berat telur. Hasil rataan bobot badan burung puyuh pada P1, P2, P3, P4, dan P5 berada pada kisaran 185,35 ± 4,04; 159,25 ± 7,22; 140,70 ± 10,49; 118,91 ± 9,63; dan 112,13 ± 4,02. Hasil rataan produksi telur burung puyuh pada P1, P2, P3, P4, dan P5 berada pada kisaran 65,75 ± 11,93; 56,25 ± 7,72; 51,50 ± 10,25; 29,00 ± 9,13; dan 28,50 ± 12,79. Hasil rataan berat telur burung puyuh pada P1, P2, P3, P4, dan P5 berada pada kisaran 10,92 ± 0,74; 10,72 ± 0,58; 11,11 ± 0,40; 10,90 ± 0,79; dan 11,36 ± 0,46. Hasil dari analisa uji jarak berganda Duncan’s pada bobot badan burung puyuh menunjukkan hasil tidak adanya perbedaan yang nyata antara P4 dan P5, namun P4 dan P5 berbeda sangat nyata terhadap P1, P2, dan P3. Pada P1, P2, dan P3 di dapatkan hasil bahwa pada semua perlakuan memberikan adanya perbedaan yang sangat nyata. Hasil analisa uji jarak berganda Duncan’s pada produksi telur burung puyuh yang diberi perlakuan force molting dengan metode konvensional menunjukkan hasil bahwa antara P1 dan P2 tidak menunjukkan berbedaan yang nyata. P3, P4, dan P5 juga menunjukkan hasil bahwa tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan tersebut. Namun, pada P1 dan P2 dengan P3, P4, dan P5 menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata diantara perlakuan tersebut. Parameter keberhasilan suatu metode force molting pada unggas dapat diketahui dengan adanya rontok bulu, penurunan bobot badan, dan terjadinya penurunan produksi telur. Berdasarkan hasil dari penelitian tentang pengaruh force molting dengan metode konvensional pada burung puyuh didapatkan hasil bahwa terjadinya penurunan bobot badan dan penurunan produksi telur burung puyuh. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pembatasan pakan yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Sedangkan pada variabel berat telur burung puyuh menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata oleh adanya force molting dengan metode konvensional yang diberikan. Hal tersebut disebabkan oleh bobot badan burung puyuh yang diberi perlakuan force molting dengan metode konvensional masih tergolong normal. Selain karena bobot badan burung puyuh yang masih tergolong normal, lama waktu penelitian juga mempengaruhi adanya hasil yang didapatkan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh force molting dengan metode konvensional terhadap burung puyuh didapatkan kesimpulan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot badan burung puyuh dan produksi telur burung puyuh. Sedangkan perlakuan force molting dengan metode konvensional pada burung puyuh tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat telur burung puyuh. Saran yang dapat diberikan pada penelitian selanjutnya agar dilakukan pengamatan pada variabel-variabel lain yang berkaitan dengan keberhasilan dari program force molting seperti profil darah, berat karkas, dan lain sebagainya agar diperoleh gambaran yang lengkap tentang force molting terhadap burung puyuh.