Mortalitas Anak Kambing Peranakan Etawa (PE) Pra Sapih Pada Beberapa Paritas Di Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang

Main Author: Pratiwi, Mega Suci
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/175706/
Daftar Isi:
  • Mortalitas sangat erat hubungannya dengan produktivitas. Kematian setelah kelahiran anak kambing sangat mempengaruhi produktivitas ternak. Mortalitas prasapih secara umum akan semakin tinggi apabila jumlah anak kembar dalam satu kelahiran (litter size) semakin banyak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2019 di peternakan rakyat Desa Argoyuwono Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui mortalitas anak kambing PE prasapih yang optimum di Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki manajemen pemeliharaan kambing di Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang, serta sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya. Materi yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 200 ekor induk kambing Peranakan Etawa dan menghasilkan 325 anak kambing Peranakan Etawa (PE) jantan dan betina dengan beberapa tipe kelahiran dan jumlah litter size dari beberapa Paritas (1,2,3,4 dan 5) di Kecamatan Ampelgading. Penelitian ini menggunakan metode survei secara langsung ke peternak kambing PE. Parameter yang diamati meliputi tipe kelahiran, litter size, sex ratio, mortalitas dan paritas dari anak kambing PE. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persen mortalitas dan uji t student tidak berpasangan, dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada tiap rataan percobaan mortalitas anak sekelahiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa litter size pada lima paritas: 1,16±0,37; 1,56±0,50; 1,83±0,44; 2,03±0,45 dan 2,15±0,69, mortalitas pada lima paritas 0,09±0,29; 0,12±032; 0,07±0,25; 0,10±0,30 dan 0,18±0,39, persentase mortalitas pada lima paritas (9,23%), (11,63%), (6,67%), (9,86%) dan (17,86%). Hasil rata-rata litter size dan persentase mortalitas, paritas memberikan pengaruh terhadap jumlah anak sekelahiran (litter size) dan meningkatnya tingkat kematian anak. Mortalitas dilihat dari tipe kelahiran (tunggal, kembar dua, kembar tiga): (1,54%, 7,69%, 0,00%); (2,33%, 9,30%, 0,00%); (0,00%, 6,67%, 0,00%), (0,00%, 8,45%, 1,41%) dan (0,00%, 3,57%, 14,29%), secara keseluruhan mortalitas tipe kelahiran (0,92%); (7,69%); (1,54%), Paritas memberikan pengaruh terhadap jumlah kelahiran anak, kelahiran anak lebih dari satu menyebabkan kematian anak kambing prasapih. Mortalitas dilihat dari sex ratio (jantan dan betina): (4,62 : 4,62), (5,81 : 5,81), (4,00 : 2,67), (2,82 : 7,04) dan (7,14 : 10,71). Paritas tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kematian dilihat dari rasio kematian jenis kelamin anak, secara keseluruhan mortalitas sex ratio (4,62 : 5,54). Kesimpulan dari penelitian ini adalah paritas memberikan pengaruh terhadap jumlah anak sekelahiran (litter size) yang ditandai dengan penurunan kelahiran tunggal dan meningkatnya jumlah induk yang melahirkan anak kembar dua dan tiga. Jumlah anak sekelahiran (litter size) yang cukup tinggi (>2) sering menyebabkan kematian anak yang cukup besar, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap mortalitas kambing dilihat dari sex ratio oleh karena rataan mortaitas prasapih dipengaruhi oleh genotip, tipe lahir, paritas, musim tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan seleksi induk yang dapat beranak kembar dengan tingkat produktivitas tinggi yaitu 59,29-61,16 dan mortalitas anak yang rendah yaitu dibawah 10%. Peternak perlu melakukan perbaikan manajemen pemeliharaan kambing PE untuk mengetahui pada paritas induk keberapa litter size dan mortalitas anak kambing PE prasapih yang optimum.