Pengaruh Pemberian Kitosan Terhadap Kadar Malondialdehyde (Mda) Uterus Dan Ketebalan Endometrium Pada Tikus Betina Galur Wistar (Rattus Norvegicus) Yang Dipapar Timbal Asetat (Pb)

Main Author: Rozifa, Annisa’ Wigati
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/175596/
Daftar Isi:
  • Timbal adalah logam yang tersebar di lingkungan. Timbal dapat mempengaruhi fungsi sistem reproduksi, salah satunya yaitu endometrium Toksisitas timbal terjadi melalui subtitusi kalsium dan menginduksi terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif yang terjadi reaksi berantai disebut dengan peroksidasi lipid. Proses ini menghasilkan produk akhir yang disebut Malondialdehyde (MDA). Selain itu, timbal dapat menurunkan sekresi hormon yang dapat mempengaruhi morfologi dan ketebalan endometrium. Ketebalan endometrium penting untuk keberhasilan implantasi dan kehamilan. Studi menunjukkan bahwa kitosan merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan dan absorben logam sehingga berpotensi dapat mengurangi efek toksik dari timbal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek pemberian kitosan terhadap kadar MDA uterus dan ketebalan endometrium tikus betina galur wistar setelah dipapar timbal asetat. Penelitian ini merupakan experimental laboratory dengan pendekatan post test only control group design menggunakan tikus wistar betina sebanyak 25 ekor. Timbal dan kitosan diberikan per oral. Penelitian terdiri dari 5 kelompok pengamatan, yaitu: kontrol negatif (tidak diberi perlakuan), kontrol positif (diberi timbal), perlakuan 1 (timbal 175 mg/Kg/BB+ kitosan 16 mg/Kg/BB), perlakuan 2 (timbal 175 mg/Kg/BB+ kitosan 32 mg/Kg/BB), perlakuan 3 (timbal 175 mg/Kg/BB+ kitosan 64 mg/Kg/BB) yang diberikan selama 30 hari. Tikus dibedah pada fase proestrus melalui swab vagina. Pengukuran kadar MDA dengan teknik kolorimetri dengan microplate reader. Pengukuran ketebalan endometrium dilakukan dengan metode pewarnaan HE (Haemotoksilin Eosin). Hasil pengamatan dianalisis dengan One Way Anova dan dilanjutkan dengan LSD. Uji One Way Anova pada kadar MDA uterus diperoleh tidak terdapat perbedaan bermakna (p – value = 0,309 > 0,05) pada kelima kelompok sampel pengamatan. Kadar MDA uterus pada kelompok kontrol negatif (15,354 ± 4,676 nmol/g) lebih rendah apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (21,259 ± 18,139 nmol/g). Kadar MDA uterus pada kelompok P1 (10,475 ± 5,165 nmol/g), P2 (10,114 ± 4,372 nmol/g), dan P3 (20,279 ± 11,831 nmol/g) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (21,259 ± 18,139 nmol/g). Namun, pada kelompok perlakuan 3, kitosan dapat meningkatkan kadar MDA uterus. One Way Anova pada ketebalan endometrium diperoleh terdapat perbedaan bermakna (p – value = 0,028 < 0,05) pada kelima kelompok sampel pengamatan. Ketebalan endometrium pada kelompok kontrol negatif (579,51 ± 105,63 μm) dengan kelompok kontrol positif (387,48 ± 44,81 μm) terdapat perbedaan yang signifikan. Selain itu, terdapat perbedaan ketebalan endometrium yang bermakna antara kelompok kontrol positif (387,48 ± 44,81 μm) dengan kelompok P1 (605,22 ± 102,35 μm), Kelompok kontrol positif (387,48 ± 44,81 μm) dengan kelompok P2 (626,64 ± 107,10 μm), dan kelompok kontrol positif (387,48 ± 44,81 μm) dengan kelompok P3 (616,26 ± 193,59 μm). Hasil uji LSD menunjukkan bahwa dosis kitosan yang paling efektif dalam meningkatkan ketebalan endometrium tikus yang terpapar timbal adalah dosis 2 yaitu 32 mg/Kg/BB. Pada uji korelasi Spearman antara dosis kitosan dengan kadar MDA uterus, dan kadar MDA uterus dengan ketebalan endometrium tidak terdapat hubungan yang signifikan. Namun, pada dosis kitosan dengan ketebalan endometrium terdapat hubungan korelasi sedang. ix Stres oksidatif oleh timbal terjadi karena adanya produksi ROS dan menurunnya antioksidan ( SOD , CAT , GSH, GPx). Timbal juga menghambat ALAD sehingga terjadi peningkatan ALA. Peningkatan kadar ALA ini menghasilkan hidrogen peroksida dan radikal superoksida. Radikal bebas yang dihasilkan dapat menyerang PUFA sehingga terjadi proses peroksidasi lipid dengan Malondialdehyde (MDA) sebagai indikator proses ini. Kitosan dapat mencegah terjadinya stres oksidatif melalui : bereaksi dengan radikal bebas sehingga menjadi tidak reaktif, menstabilkan radikal bebas dengan memenuhi elektron yang kurang pada radikal bebas, serta menghambat terjadinya reaksi rantai radikal bebas. Pada kelompok P3 tidak mampu secara optimal dalam menurunkan kadar MDA uterus dan diduga bahwa kitosan dosis tinggi dapat meningkatkan resiko terjadinya perubahan antioksidan menjadi prooksidan. Timbal mensubtitusi Ca2+ sebagai second massanger yang mengikat CaM sehingga mengganggu proses seluler. Hal tersebut mengganggu stimulasi sekresi hormone hipotalamus dan kelenjar pituitari. Efek tersebut menyebabkan penurunan produksi FSH dan estrogen yang berperan penting dalam penebalan endometrium sehingga dapat menurunkan ketebalan endometrium. Kitosan dapat berperan sebagai scavenger radikal bebas dan adsorben terhadap logam timbal. Oleh karena itu, apabila stres oksidatif mampu dicegah, maka proses edema dan nekrosis folikel ovarium, serta nekrosis kelenjar uterus tidak akan terjadi sehingga terjadi peningkatan ketebalan endometrium. Namun, pada penelitian ini pemberian kitosan belum mampu menurunkan kadar MDA uterus secara statistik diduga efek kitosan sebagai antioksidan dan chelation Pb2+ yang belum sepenuhnya maksimal dan perlu diperkuat dengan senyawa lain seperti vitamin C karena dapat meningkatkan fungsi imun dan melindungi sel dari serangan radikal. Pemberian kitosan belum dapat menurunkan kadar Malondialdehyde (MDA) uterus pada tikus galur wistar (Rattus norvegicus) yang dipapar timbal secara statistik. Namun, pemberian kitosan dapat meningkatkan ketebalan endometrium pada tikus galur wistar (Rattus norvegicus) yang dipapar timbal secara statistik.