Korelasi Body Condition Score Dengan Sifat-Sifat Reproduksi Pada Sapi Perah Di Koperasi Agro Niaga Jabung, Kabupaten Malang
Main Author: | Maulid, Shintia Sukmawati Cahya |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/175573/1/Shintia%20Sukmawati%20Cahya%20Maulid%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/175573/ |
Daftar Isi:
- Evaluasi Body Condition Score (BCS) merupakan suatu cara untuk menentukan nilai kondisi tubuh ternak baik secara visual maupun dengan perabaan pada timbunan lemak tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi BCS dengan sifat reproduksi yaitu Service per Conception (S/C), Days Open (DO), dan Calving Interval (CI) sapi perah PFH. Penelitian dilaksanakan pada 15 Oktober hingga 15 November 2018 di Dusun Dempok wilayah kerja Koperasi Agro Niaga Jabung. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey dengan mengumpulkan data primer. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria sapi perah PFH laktasi minimal 2 kali dan memiliki rekording lengkap tiap ekornya, sebanyak 79 ekor sapi yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu BCS 2 sebanyak 11 ekor, BCS 2,5 sebanyak 55 ekor, dan BCS 3 sebanyak 13 ekor. Penilaian BCS melalui cara pengamatan langsung dengan melihat, meraba dan menetapkan nilai BCS. Skoring BCS sapi mengunakan skala 1 (sangat kurus), hingga 5 (sangat gemuk), dengan interval nilai 0,25. Sedangkan performans reproduksi diketahui berdasarkan rekording yang dimiliki oleh inseminator dan KAN Jabung. Variabel yang diamati dalamviii penelitian ini adalah BCS, S/C, DO, dan CI. Model analisis yang digunakan yaitu analisis korelasi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata BCS, S/C, DO, dan CI di peternakan rakyat anggota Koperasi Agro Niaga Jabung secara berurutan yaitu 2,49 ± 0,28, 2,65 ± 1,40 kali, 149,39 ± 74,70 hari, 426,75 ± 75,88 hari. Hubungan antara BCS (X) dengan S/C (Y) memiliki koefisien korelasi (r) sebesar -0,061 (negatif sangat rendah atau tidak memiliki hubungan), nilai uji t < t tabel signifikansi 0,05 yaitu -0,540 < 1,99 (tidak memiliki hubungan nyata), koefisien determinasi (R2) sebesar 0,37%, yang artinya BCS memberikan kontribusi pada S/C sebesar 0,37%. Hubungan antara BCS (X) dengan DO (Y) memiliki koefisien korelasi (r) sebesar -0,129 (negatif sangat rendah atau tidak memiliki hubungan), nilai uji t < t tabel signifikansi 0,05 yaitu -1,14 < 1,99 (tidak memiliki hubungan nyata), koefisien determinasi (R2) sebesar 1,67%, yang artinya BCS memberikan kontribusi pada DO sebesar 1,67%. Hubungan antara BCS (X) dengan CI (Y) memiliki koefisien korelasi (r) sebesar -0,153 (negatif sangat rendah atau tidak memiliki hubungan), nilai uji t < t tabel signifikansi 0,05 yaitu -1,36 < 1,99 (tidak memiliki hubungan nyata), koefisien determinasi (R2) sebesar 2,34%, artinya BCS memberikan kontribusi pada DO sebesar 2,34%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah BCS tidak memiliki hubungan terhadap sifat-sifat reproduksi (S/C, DO, dan CI). Untuk meningkatkan nilai performans reproduksi sapi perah PFH disarankan agar memperbaiki manajemen pemeliharaan yaitu pemberian pakan berdasarkan status dan fisiologi ternak, dan manajemen inseminasi buatan, sehingga dapat mencapai nilai performans produksi dan reproduksi yang baik sapi perah PFH di Dusun Dempok wilayah kerja Koperasi Agro Niaga Jabung