Main Serong dan Bentuk Pembuktian Diri (Studi Kasus Lima Keluarga di Dusun Rembes, Gesikharjo)
Main Author: | Angelina, Sylvia Ratu |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/175207/ |
Daftar Isi:
- Kehidupan berumah tangga merupakan suatu hal yang dinamis. Saat menikah, Laki-laki (suami) memiliki kuasa penuh akan perempuan (istri), namun tidak berlaku sebaliknya. Suami dan istri bekerja sama dalam menjalankan kehidupan berumah tangga sesuai yang diinginkan dengan membagi peran. Pada konteks perempuan sebagi istri peran gender tidak dapat terlepas dari relasi suami-istri dalam keluarga, yang terdapat pembagian peran yaitu publik dan domestik. Suami memiliki kuasa untuk mengatur ranah domestik namun istri tidak memiliki kuasa dalam mencampuri ranah publik. Kondisi tersebut berdampak pada ketidaktahuan istri tentang hal-hal yang dilakukan suami diluar rumah hingga terkadang terjadi perselingkuhan dalam dunia laki-laki. Namun, perselingkuhan tidak hanya dilakukan oleh suami, istri juga melakukan perselingkuhan dengan berbagai alasan yang mendasarinya. Perselingkuhan sendiri merupakan suatu hal yang tidak akan pernah diterima dimanapun dan kapanpun, namun tidak dapat dipugkiri bahwa hal tersebut merupakan contoh sehari-hari yang sering ditemukan dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana kondisi dinamika perselingkuhan yang terjadi dalam lima keluarga dan bagaimana strategi perempuan (istri) bertahan dalam krisis khususnya perselingkuhan yang terjadi dalam rumah tangga serta responnya terhadap hal tersebut. Penelitian ini menggunakan metode life history, dengan menggunakan teori kekuasaan dan technology of self Foucault untuk menganalisis data yang didapatkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa para pelaku perselingkuhan dan korban memiliki standart tersendiri bagi seseorang dapat dikatakan sebagai selingkuh. Bentuk-bentuk perselingkuhan pun memiliki tingkat intimacy berbeda yang penulis golongkan dalam tiga tingkatan, yaitu PDKT (pendekatan), pacaran, hubungan seksual. Setiap orang memiliki standart intimacy tersendiri, pada tahapan mana seseorang dapat dikatakan sudah dalam tahap berselingkuh. Tujuan seseorang berselingkuh pun bermacam-macam, salah satunya adalah sebagai pemenuhan hasrat dan sebagai bentuk pembuktian diri.