Negosiasi Identitas Tokoh Keke (Hibriditas, Mimikri dan Ambivalensi) Dalam Novel Kembang Jepun Karya Remy Sylado: Kajian Pascakolonial
Main Author: | Zulkifli, Arby |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/175190/ |
Daftar Isi:
- Novel merupakan karya sastra yang berfungsi sebagai gambaran pada masa karya itu ditulis hadir dengan fakta yang bersifat subyektif dari pengarangnya. Fakta yang digunakan oleh pengarang bersifat individual. Dengan begitu, ia hadir secara subyektif dengan fungsi tertentu.Mengenai itu, Kembang Jepun adalah novel yang memuat fakta antara lain dalam novelnya memuat nama-nama kota dan peristilahan yang diperkuat menggunakan catatan kaki. Kembang Jepun mengambil latar masa pendudukan Belanda hingga Jepang. Kembang Jepun menceritakan tentang perempuan (Keke) yang bukan berasal dari Jepang menjadi geisha. Perubahan Keke menjadi geisha merupakan sebuah bukti bahwa telah terjadi perubahan identitas. Dari seorang Manado menjadi Jepang. Perubahan identitas ini lebih lanjut dapat dikaj i menggunakan kaj ian pascakolonial. Pascakolonial merupakan teori yang memusatkan perhatiannya terhadap dampak-dampak kolonisasi, termasuk perubahan identitas. Selanjutnya, tujuan dari penelitian, yaitu (1) menjelaskan wujud identitas Keke dengan kerangka hibriditas, mimikri dan ambivalensi serta respon dan pilhan identitasnya. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan identitas Keke dalam kerangka hibriditas, mimikri dan ambivalensi. Hasil dari penelitian ini antara lain, (1) perilaku mimikri Keke dapat dilihat dalam peniruannya terhadap kesenian, opini dan moral, dengan begitu pilihan identitas Keke lebih mewujud sebagai geisha, namun dalam beberapa hal seperti saat Keke bersinggungan dengan Tjak Broto, ia menanggalkan identitas geishanya. (2) sikap ambivalen Keke dapat ditemukan dalam penceritaan yang memunculkan sikap mendua saat berhadapan dengan pilihan yang beragam dalam pembentukan identitasnya. (3) perilaku hibrid Keke yang mewujud dengan tampilan kebaya Jawa dan sarong batik namun memakai sandal dan kaus khas Jepang yang menandakan interaksi dua budaya dan memunculkan identitas baru.