Analisis Kebijakan Luar Negeri Georgia Bergabung dalam Individual Partnership Action Plan NATO tahun 2004

Main Author: Alhakim, Ghany Nuris
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/175041/
Daftar Isi:
  • Georgia merupakan sebuah negara di kawasan Kaukasia yang terletak persis di sebelah selatan Rusia. Negara ini merupakan pecahan Uni Soviet yang berdiri bersamaan dengan runtuhnya raksasa Komunis tersebut pada 1991. Namun, sejak saat itu pula, Georgia mengalami konflik separatisme di dalam negaranya. Rusia sebagai tetangga yang baik kemudian merasa harus menengahi perkara tersebut. Namun, Georgia tidak mau dicampuri urusannya oleh Rusia. Ia merasa dibayang – bayangi oleh kekuatan Rusia di daerah tersebut. Oleh karena itu, Georgia kemudian membuat kebijakan yang cukup menyulut amarah Rusia, yaitu mendekat ke Uni Eropa dan NATO, yang secara politik sudah menjadi musuh bebuyutan Rusia sejak Perang Dunia II usai. Georgia kemudian bergabung dengan program kerjasama dengan NATO, yang menurut Georgia merupakan kebijakan yang paling rasional karena selain mengimbangi diri dari ancaman Rusia, Georgia juga akan mendapat keuntungan seperti peningkatan kualitas alutsista dan kemajuan ekonomi. Namun, outcome yang diharapkan tersebut tidak terjadi. Bahkan, Rusia tersulut hingga terjadi beberapa tindakan politis yang mengarah kepada Perang Lima Hari. Hal ini menimbulkan kerugian yang lebih besar daripada keuntungan yang didapat. Berdasarkan analisis dalam tulisan ini, kemudian, dapat disimpulkan bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh Georgia tidak rasional karena berdasarkan Rational Actor Model, kebijakan yang rasional juga harus mempertimbangkan outcome, yang dalam kasus ini tidak mencapai hasil yang maksimal.