Uji Ketahanan 3 Genotip Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Cekaman Kekeringan
Main Author: | Janawara, Krisna Mangaji |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/174800/ |
Daftar Isi:
- Bawang Putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Badan Pusat Statistik (2018) mencatat bahwa pada tahun 2013-2017 rata-rata jumlah konsumsi per kapita seminggu bawang putih berturut-turut adalah sebanyak 6.54 gram, 8.5 gram, 9.49 gram, 9.61 gram dan 8.87 gram. Permasalahan yang dialami dalam budidaya bawang putih ialah perubahan cuaca dan iklim yang tidak dapat diprediksi, sehingga saat musim kemarau potensi terjadinya cekaman kekeringan akan meningkat dan secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena air merupakan faktor utama dalam menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengujian ketahanan suatu genotip merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui respon suatu genotip terhadap lingkungan tertentu, hal tersebut dikarenakan pertumbuhan suatu tanaman akan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Evaluasi genotip pada tanaman bawang putih perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan suatu genotip tersebut terhadap adanya cekaman kekeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan beberapa genotip bawang putih terhadap beberapa tahap cekaman kekeringan. Hipotesis dari penelitian ini ialah terdapat perbedaan ketahanan antara genotip bawang putih yang diamati. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan April 2019 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, yang terletak di Jalan Raya Karangploso Km. 4, Kepuharjo, Karangploso, Malang Jawa Timur. Alat yang digunakan antara lain polybag ukuran 20 cm x 20 cm, gelas ukur, gembor, meteran, alat tulis, kamera, jangka sorong, timbangan analitik, oven, soil pH and moisture meter, kertas label dan Leaf Area Meter (LAM). Bahan yang digunakan antara lain air, kemudian media tanam yang terdiri atas tanah dan pupuk limbah sapi organik, bahan tanam berupa bawang putih varietas lumbu putih, bawang putih varietas lumbu kuning dan aksesi bawang kayu, pupuk NPK, KNO3, dan SP-36 serta pengendali hama dan penyakit sintetis. Penelitian dilaksanakan di dalam screenhouse dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL-F) dengan perlakuan 3 jenis genotip dan 5 taraf pemberian cekaman kekeringan, sehingga dihasilkan 15 kombinasi perlakuan. Percobaan menggunakan 3 ulangan sehingga dihasilkan 45 unit perlakuan dan setiap perlakuan terdapat 10 tanaman sehingga total keseluruhan terdapat 450 tanaman. Sampel tanaman yang digunakan yaitu sebanyak 3 tanaman setiap perlakuan. Genotip bawang putih yang diuji merupakan varietas Lumbu Putih, varietas Lumbu Kuning, dan aksesi Bawang Kayu. Taraf pemberian cekaman air diantaranya ialah 100% kapasitas lapang (sebagai kontrol), 80% kapasitas lapang, 60% kapasitas lapang, 40% kapasitas lapang, dan 20% kapasitas lapang. Variabel pengamatan meliputi persentase tumbuh tanaman, tinggi tanaman, luas daun, diameter umbi, jumlah siung dalam satu umbi, berat segar umbi, berat kering umbi, berat segar tanaman, dan berat kering tanaman. Data yang telah didapat kemudian diuji menggunakan analisis ragam dengan uji F pada taraf 5%. Hasil yang didapatkan berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan dari ketiga genotip bawang putih memberikan respon yang berbeda terhadap adanya cekaman kekeringan yang ditunjukkan melalui pertumbuhan vegetatif tanaman. Semakin tinggi tingkat cekaman yang dialami tanaman maka akan semakin menurunkan laju pertumbuhan dan hasil dari tanaman tersebut. Saat kondisi tercekam genotip lumbu kuning memberikan respon pertumbuhan yang lebih baik dari kedua genotip yang lain. Volume air minimal yang dibutuhkan tanaman untuk mendekati hasil yang setara dengan kondisi 100% kapasitas lapang ialah dengan memberikan pengairan sebanyak 80% kapasitas lapang, karena dengan pengairan tersebut tanaman mampu tumbuh dan berproduksi mendekati pertumbuhan tanaman pada kondisi optimal.