Pengaruh Biourin Sapi dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kemangi (Ocimum americanum L.)
Main Author: | Julianto, Nanok |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/174208/ |
Daftar Isi:
- Tanaman kemangi banyak digunakan masyarakat sebagai bahan pangan dan sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Rata-rata petani mengusahakan kemangi dengan proporsi lahan yang relatif kecil. Tanaman kemangi mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan (Azmi, 2016). Maka dari itu, tanaman kemangi perlu dilakukan budidaya yang tepat dengan salah satu cara yaitu penyediaan unsur hara tanaman kemangi dengan penambahan biourin sapi yang terukur serta pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan tanaman kemangi. Biourin ialah salah satu pupuk organik cair yang terdiri dari urin maupun feses (kotoran padat) sapi yang telah melalui proses fermentasi yang memiliki kandungan zat yang komplek seperti enzim, hormon, dan nutrisi yang baik untuk tanah serta tanaman (Rinanto, Azizah, dan Santoso, 2015). Tanaman kemangi ditanam pada lahan yang telah diolah dalam bentuk bedengan dengan menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Jarak tanam ini adalah jarak tanam yang optimal yang biasanya digunakan dalam kegiatan budidaya tanaman kemangi (Sastro dan Lestari, 2012). Pemberian biourin sapi sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman dan pengaturan jarak tanam dapat mempengaruhi serapan unsur hara pada tanaman. Sehingga pemberian biourin sapi dan juga pengaturan jarak tanam dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman kemangi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian pemberian biourin sapi dan jarak tanam yang tepat pada tanaman kemangi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2019 di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Jatimulyo, Universitas Brawijaya, Kecamatan Lowokwaru, Malang. Berada pada ketinggian 440-460 m (Badan Pusat Statistik, 2016). Alat yang digunakan dalam penelitian adalah meteran gulung, kamera, gembor, knapsack sprayer, oven, timbangan digital, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih tanaman kemangi dengan merk dagang Tidore dan biourin sapi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF). Faktor I adalah dosis biourin sapi (BS) yang terdiri dari 5 taraf, yaitu: kontrol (tanpa biourin ), 11.000 L ha-1, 13000 L ha-1, 15.000 L ha-1 dan 17.000 L ha-1. Faktor II adalah jarak tanam yang terdiri dari 2 taraf, yaitu: 30 cm x 30 cm dan 15 cm x 15 cm. Dua faktor tersebut digabungkan maka diperoleh 10 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga didapatkan 30 satuan kombinasi percobaan. Berdasarkan hasil penelitian, interaksi jarak tanam dan dosis biourin sapi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil tanaman kemangi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara jarak tanam dan dosis biourin sapi terhadap beberapa parameter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang primer. Namun, tidak ada interaksi terhadap parameter hasil tanaman kemangi. Dosis biourin sapi yang ditingkatkan sampai dengan 17.000 L ha-1 memberikan pengaruh yang nyata terhadap beberapa parameter pertumbuhan seperti pada parameter tinggi, jumlah daun, jumlah cabang primer, dan luas daun tanaman serta pada parameter hasil yaitu berat segar total konsumsi per tanaman. Pengaturan jarak tanam 15 cm x 15 cm memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan seperti tinggi tanaman dan luas daun. Namun, tidak berpengaruh nyata terhadap parameter hasil tanaman kemangi.