Evaluasi Depresi Silang Dalam Untuk Satu Generasi Penyerbukan Sendiri (Selfing) Pada Beberapa Genotipe Jagung Pakan (Zea Mays L.)

Main Author: Alanata, Maha Atma Wahyu
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/173848/
Daftar Isi:
  • Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kebutuhan pangan maupun kebutuhan pakan. Kebutuhan nasional jagung belum terpenuhi sepenuhnya dan produktifitas jagung rendah. Produktifitas nasional dapat ditingkatkan dengan cara budidaya yang baik dan menggunakan benih hibrida. Hibridisasi setidaknya membutuhkan 2 tetua inbrida yang homogen serta memiliki nilai heterosis tinggi. Penyerbukan sendiri pada jagung mengakibatkan penurunan vigor dan produkifitas tanaman yang disebut depresi silang dalam (Inbreeding depression). Keuntungan fenomena silang dalam (Inbreeding) yaitu, laju (Inbreeding) sebagai ukuran homozigositas tanaman, adanya perbedaan antar galur, tetapi antar tanaman dalam galur yang sama akan semakin seragam, dan adanya perbaikan galur. Kegiatan persilangan sendiri (selfing) bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang homozigot yang sangat berguna dalam proses hibridisasi. Penelitian dilakukan pada bulan November 2014- Februari 2015 dikelurahan Ganungkidul, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk. Bahan tanam yang digunakan yaitu 42 jenis genotip jagung pakan, yang terdiri dari 21 genotip jagung pakan generasi S2 (seleksi ke-2) dan 21 genotip jagung pakan generasi S3 (seleksi ke-3) yang berasal dari koleksi plasma nutfah CV. Blue Akari (Tabel 1). Penelitian dilaksanalan menggunakan blok tunggal tanpa ulangan. Data kualitatif disajikan deskripsi masing-masing populasi per karakter tanaman. Data kuantitatif di Uji t taraf 5 % digunakan untuk membandingkan antara perlakuan 21 famili jagung pakan generasi S2 dengan generasi S3. Menurut Walpole (1995) sebelum dilakukan uji t, data akan diuji homogenisitasnya menggunakan uji f untuk mengetahui apakah data dari kedua variabel bersifat homogen atau tidak. Setiap genotip memiliki nilai depresi silang dalam (Inbreeding Deprssion) yang berbeda-beda yang ditunjukan dengan adanya perbedaan penampilan kurang baik dari segi paramter produksi tanaman. Karakter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot tongkol, panjang tongkol klobot, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot 100 biji serta jumlah baris biji berurutan merupakan parameter yang paling banyak terpengaruh laju inbreeding. Parameter umur silking, umur taselling, umur panen dan panjang tipfilling berurutan merupakan paramter yang tidak terpengaruh laju inbreeding. Untuk parameter ketahanan penyakit terhadap bercak coklat pada daun terjadi peningkatan jumlah genotip yang terserang. Pada S-2 terdapat 7 tanaman dan pada generasi S-3 terdapat 12 genotip. Pengamatan bercak noda kuning pada daun pada S-2 terdapat 6 genotip dan pada S-3 ada 16 Genotip. Galur A3 (2.(3)) laju inbreding terjadi pada 10 parameter kuantitaif. Disusul galur A1 (2.(3)), A6 (4(3)), A14 (1.(3)), A17 (1.(3)), A18 (1.(3)) dan A21 (1.(3)) terdapat pada 9 paramter pengamatan. Galur A3 (1.(3)), A4 (4.(3)), A6 (3.(3)), A9 (1.(3)) dan A20 (2.(3)) terdapat pada 8 parameter tanaman. Galur A1 (1.(3)), A12(2.(3)) dan A21 (2.(3)) trdapat pada 7 parameter tanaman. Serta, galur A4 (3.(3)), A12 (3.(3)), A16 (1.(3)), A16 (3.(3)) dan A20 (3.(3)) terdapat pada 6 parameter dan dapat disimpulkan bahwa genotip yang memilki jumlah paramter terdampak depresi silang dalam paling sedikit memilki prospek menjadi galur inbrida lebih besar.