Interaksi Genotip x Lingkungan Beberapa Genotip Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Dua Lokasi
Main Author: | Anggraini, Yulinar Diah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173832/ |
Daftar Isi:
- Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ialah salah satu tanaman hortikultura dari famili Solanaceae yang dikenal luas oleh masyarakat karena memiliki adaptabilitas dan nilai ekonomi yang tinggi. Tanaman cabai rawit banyak dibudidayakan oleh masyarakat hampir di seluruh daerah di Indonesia, seperti Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Aceh, Nusa Tenggara Barat, dan Bali. Rata–rata produktivitas cabai rawit di Indonesia pada tahun 2011 hingga 2015 sebesar 5,01 ton ha-1 menjadi 6,45 ton ha-1. Angka tersebut masih cukup rendah apabila dibandingkan dengan potensi produktivitasnya yang dapat mencapai 12–20 ton ha-1. Produktivitas cabai rawit di Indonesia yang masih tergolong rendah dikarenakan pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genotip dan lingkungan. Tanaman akan berbeda pada kondisi lingkungan yang berbeda, terutama pada karakter kuantitatif. Respon yang terjadi pada tanaman tersebut merupakan bentuk dari adanya interaksi genotip dengan lingkungan. Pengujian interaksi genotip dengan lingkungan pada varietas atau galur tanaman cabai rawit pada beberapa lokasi dapat dilakukan untuk mengembangkan varietas tanaman cabai rawit unggul, yang mampu beradaptasi luas atau spesifik dan berdaya hasil tinggi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui interaksi genotip dengan lingkungan beberapa genotip cabai rawit yang diuji di dua lokasi. Hipotesis dalam penelitian ini ialah diduga terdapat interaksi genotip dengan lingkungan dari beberapa genotip cabai rawit yang diuji di dua lokasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga November 2018 di dua lokasi di Kabupaten Blitar yaitu, Desa Karangrejo, Kecamatan Nglegok yang memiliki ketinggian tempat 408 m dpl, dan Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan yang memiliki ketinggian tempat 142 m dpl. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu genotip untuk setiap lokasi penelitian. Perlakuan terdiri dari enam genotip cabai rawit, diulang sebanyak empat kali pada dua lokasi berbeda dan jumlah sampel pengamatan tiap genotip dalam ulangan sebanyak 10 tanaman. Alat yang dibutuhkan ialah cangkul, meteran, penggaris, mini polybag, wadah plastik, cutter, mulsa plastik hitam perak (MPHP), pasak mulsa, papan label, ember, pompa air, selang air, botol plastik, pasak, tali gawar, knapsack sprayer, timbangan analitik, jangka sorong, millimeter scrup, kamera, amplop, alat tulis dan buku pengamatan, sedangkan bahan yang dibutuhkan ialah enam genotip cabai rawit (CRUB2, CRUB3, CRUB4, Lokal, Sret, dan Manteb), pupuk kandang kambing, pupuk Phonska, NPK 16-16-16, pupuk Mono Kalium Phosphate (MKP), pupuk Kalsium Nitrat (CN-G), tanah, kapur pertanian (dolomit), herbisida berbahan aktif diklorida, insektisida berbahan aktif seperti karbofuran, abamectin, dimetoat, metil eugenol, profenofos, fungisida berbahan aktif propine, dan tanaman refugia. Karakter yang diamati meliputi tinggi tanaman (cm), tinggi dikotomus (cm), diameter batang (cm), panjang ruas batang (cm), panjang daun (cm), lebar daun (cm), lebar tajuk (cm), umur mulai berbunga (HST), jumlah bunga per karangan, umur awal panen (HST), umur akhir panen (HST), lama masa panen (hari), panjang buah (cm), diameter buah (mm), tebal daging buah (mm), bobot 100 biji (mg), jumlah buah per tanaman, bobot per buah (g), bobot buah per tanaman (g), bobot buah per plot (kg), dan hasil buah per hektar (ton ha-1). Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis variansi gabungan lokasi taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNJ taraf 5%. Interaksi genotip x lokasi nyata pada karakter panjang ruas batang, tebal daging buah, dan bobot 100 biji. Interaksi genotip x lokasi nyata menunjukkan bahwa terdapat respon berbeda pada enam genotip yang diuji terhadap perbedaan kondisi lingkungan tumbuh di kedua lokasi. Lokasi memberikan perbedaan penampilan pada karakter jumlah bunga per karangan, diameter buah, dan bobot per buah. Lokasi di Karangrejo dan Kademangan memiliki perbedaan pada jenis tanah, kandungan bahan organik, dan curah hujan. Genotip memberikan perbedaan penampilan pada karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, panjang daun, lebar daun, lebar tajuk, diameter buah, bobot per buah, bobot buah per tanaman, bobot buah per plot, dan hasil buah per hektar. Perbedaan faktor dalam tanaman (genetik) dan susunan genetik pada keenam genotip uji menyebabkan adanya perberdaan yang nyata pada genotip. Keenam genotip uji menunjukkan potensi hasil yang sama baik di lokasi Karangrejo dan Kademangan. Respon genotip sama terhadap kedua lokasi, sehingga keenam genotip dapat beradaptasi dengan baik di kedua lokasi. Karakter yang mendukung yaitu jumlah buah per tanaman, bobot per buah (g), bobot buah per tanaman (g), bobot buah per petak (kg), dan hasil buah per hektar (ton ha-1). Genotip V1 memliki karakter pertumbuhan yang paling baik di kedua lokasi karena memiliki hasil buah per hektar yang cukup tinggi, jumlah buah per tanaman yang paling banyak, ukuran buah sedang, tinggi tanaman sedang, dan karakter-karakter pertumbuhan lain yang lebih baik dibandingkan kelima genotip uji lainnya.