Pemanfaatan Limbah Rumput Laut sebagai Media Campuran terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Main Author: | Maknunin, Huril |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173820/ |
Daftar Isi:
- Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) atau biasa dikenal dengan sebutan Oyster Mushroom merupakan salah satu jamur pangan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Jamur ini termasuk kelas Basidiomycetes dengan ciri-ciri umum memiliki tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung (Widyastuti et al., 2015). Jamur tiram memiliki khasiat untuk kesehatan antara lain, dapat menghentikan pendarahan dan mempercepat pengeringan luka pada permukaan tubuh, mencegah penyakit diabetes, penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol, mencegah penyakit tumor atau kanker, dan lain sebagainya (Retnowati, 2009). Pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, selain itu juga dipengaruhi oleh jenis substrat yang digunakan. Substrat yang sering digunakan sebagai media tanam dalam budidaya jamur tiram putih adalah serbuk gergaji kayu karena mudah didapatkan dan harganya yang murah. Penggunaan serbuk gergaji kayu secara terus menerus dapat menimbulkan masalah apabila serbuk gergaji sukar diperoleh. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu dicari substrat alternatif sebagai campuran substrat utama yaitu serbuk gergaji. Salah satu alternatif yang dapat digunakan yaitu dengan memanfaatkan limbah pertanian. Limbah rumput laut merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan rumput laut dalam pembuatan agar-agar. Komposisi utama yang terdapat pada limbah padat rumput laut adalah selulosa, sedangkan komponen lainnya adalah mineral-mineral. Kadar air fase padat dapat mencapai 68,4%, kadar abu 31% dan kadar serat 20,1% (Basmal et al., 2003). Penelitian ini dilaksanakan di CV. Damarayu Desa Kebonagung, Jln Sonotengah RT.66 RW.14, Kec Pakisaji, Kab Malang dan Griya Jamur Universitas Brawijaya Dusun Pucangsongo, Kec Tumpang, Kab Malang pada bulan Januari 2019 sampai Mei 2019. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 perlakuan dan tiap perlakuan terdapat 9 baglog sehingga total 243 baglog. Adapun perlakuannya adalah P0 (80% sks + 20% nutrisi), P1 (70% sks + 10% lrl + 20% nutrisi), P2 (60% sks + 20% lrl + 20% nutrisi), P3 (50% sks + 30% lrl + 20% nutrisi), P4 (40% sks + 40% lrl + 20% nutrisi), P5 (30% sks + 50% lrl + 20% nutrisi), P6 (20% sks + 60% lrl + 20% nutrisi), P7 (10% sks + 70% lrl + 20% nutrisi), P8 (0% sks + 80% lrl + 20% nutrisi). Variabel pengamatan yang diamati adalah waktu miselium memenuhi baglog (HSI), waktu muncul badan buah (pinhead) pertama (HSI), jumlah pinhead, waktu panen pertama (HSI), diameter tudung (cm), jumlah badan buah per baglog, total bobot segar badan buah per baglog (g), BER (Rasio Efisiensi Biologis), kadar air (%), frekuensi panen (kali) dan interval panen (hari). Data pengamatan yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila hasil pengujian diperoleh perbedaan yang iv nyata, maka dilanjutkan dengan uji perbandingan pada perlakuan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Pemanfaatan limbah rumput laut belum mampu menggantikan penggunaan serbuk kayu sengon sebagai media utama untuk pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram putih karena kandungan selulosa dan lignin yang lebih rendah. Perlakuan komposisi media utama yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada variabel pengamatan kecuali waktu muncul badan buah (pinhead) pertama, waktu panen pertama, kadar air, frekuensi panen dan interval panen. Perlakuan P3 tidak memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram putih. Tetapi perlakuan P3, P0, P1, P2 dan P4 meunjukkan hasil yang yang lebih baik pada variabel pengamatan jumlah pinhead, jumlah badan buah per baglog, total bobot segar badan buah per baglog.