Ekplorasi Bakteri Rizosfer Tanaman Tomat Organik yang Berpotensi Antagonis Terhadap Bakteri Ralstonia solanacearum Penyebab Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Tomat

Main Author: Devianti, Novita
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/173803/
Daftar Isi:
  • Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di Indonesia. Namun, budidaya tanaman tomat banyak mengalami masalah yang dapat menyebabkan produksi tanaman tomat menjadi rendah. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman tomat yaitu layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanaceraum. Pengendalian menggunakan pestisida mulai ditinggalkan dan beralih pada pengendalian berdasarkan konsep pengendalian hama terpadu dengan memanfaatkan agens hayati. Agens hayati yang dapat dimanfaatkan yaitu bakteri antagonis yang berasal dari rizosfer tanaman tomat organik. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui bakteri rizosfer yang berpotensi antagonis terhadap R. solanacearum penyebab penyakit layu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati, Universitas Brawijaya mulai Januari sampai Juni 2019. Pengujian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Variabel pengamatan meliputi indeks penghambatan bakteri antagonis terhadap R. solanacearum. Data pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf 5%. Apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5%. Hasil eksplorasi bakteri dari rizosfer tanaman tomat organik didapatkan 63 isolat bakteri. Bakteri hasil eksplorasi diseleksi untuk mengetahui bakteri yang bersifat antagonis dan diperoleh 32 isolat bakteri yang bersifat antagonis terhadap R. solanacearum. Bakteri hasil seleksi dilakukan uji hipersensitif pada tanaman tembakau dan ditemukan 24 bakteri yang tidak menunjukkan gejala nekrotik sedangkan 8 bakteri menunjukkan gejala nekrotik. Isolat yang tidak menunjukkan gejala nekrotik dilakukan uji antagonis dengan memilih lima bakteri yang memiliki zona hambat tertinggi. Lima isolat yang dipilih yaitu isolat D3, E3, F2, H4, dan H5. Kemudian lima isolat terpilih dan streptomisin sulfat diujikan dengan bakteri R. solanacearum. Isolat E3 memiliki rerata indeks pengamatan lebih tinggi dari pada isolat yang lainnya namun memiliki rerata indeks lebih rendah jika dibandingkan dengan streptomisin sulfat. Sehingga dapat diketahui bahwa lima bakteri terpilih dan streptomisin sulfat memiliki kemampuan yang sama dalam menghambat bakteri R. solanacearum. Hasil identifikasi morfologi menunjukkan isolat E3 berwarna kuning dan D3, F2, H4, dan H5 berwarna putih; D3, F2 bentuk sel bulat dan E3, H4, H4 bentuk sel irregular (tidak rata); D3, H5 ukuran sedang, E3, F2 ukuran kecil, dan H4 ukuran besar; D3, F2 elevasi cembung dan E3, H4, H5 elevasi rata; D3, F2 tepian rata dan E3, H4, H5 tepian bergelombang; D3, E3, F2 permukaan koloni rata dan H4, H5 permukaan koloni kasar dengan tepian rata dan bergelombang. Hasil identifikasi secara fisiologi dan biokimia menunjukkan isolat D3, F2 menunjukkan Gram negatif, isolat E3, H4, dan H5 menunjukkan Gram positif. Sedangkan genusnya isolat D3 termasuk genus Pantoea sp. isolat F2 termasuk genus Erwinia sp. dan isolat E3, H4, dan H5 termasuk genus Clostridium sp.