Analisis Keruntuhan Bendungan Kalola Dengan Menggunakan Aplikasi Zhong Xing HY21
Main Author: | Azwar, Hafidh Burhan |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173780/ |
Daftar Isi:
- Keruntuhan bendungan bisa menjadi bencana yang sangat mengerikan karena dapat menyebabkan banyak kerugian harta benda, korban jiwa, serta kerusakan lingkungan. Sehingga, pada setiap bendungan diperlukan tindakan analisis keruntuhan bendungan (Dam Break Analysis) dan simulasi keruntuhan bendungan (Dam Break Simulation) untuk mengetahui kemungkinan banjir yang bisa terjadi akibat runtuhnya bendungan. Hasil dari analisis yang dilakukan tersebut diolah dan dibukukan menjadi sebuah pedoman yag biasa disebut dokumen RTD. Pada studi ini, analisis keruntuhan bendungan dilakukan terhadap Bendungan Kalola, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Dalam melakukan analisis keruntuhan bendungan, perlu dilakukan terlebih dahulu analisis hidrologi pada DAS Bendungan Kalola. Perhitungan banjir rancangan dilakukan dengan 2 metode yaitu Nakayasu dan Gamma I. Namun karena metode Nakayasu menghasilkan nilai banjir rancangan yang lebih besar dibanding metode Gamma I dengan nilai sebesar 589,801 m3/det untuk Q1000 dan 1.600,738 m3/det untuk QPMF, maka dipilihlah hasil dari metode Nakayasu untuk analisis selanjutnya. Setelah didapat nilai banjir rancangan, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis keruntuhan Bendungan Kalola dengan menggunakan aplikasi Zhong Xing HY21. Output dari aplikasi Zhong Xing HY21 adalah berupa peta genangan banjir dan karakteristik banjir (waktu tiba, waktu puncak, kedalaman, kecepatan, dan elevasi banjir). Skenario yang digunakan dalam simulasi keruntuhan Bendungan Kalola adalah overtopping, piping atas kondisi MAB, piping atas kondisi MAN, dan keruntuhan saddle dam karena skenario keruntuhan piping bawah kondisi MAB. Dari analisis tersebut didapatkan kondisi keruntuhan terparah adalah karena overtopping yang menyebabkan luas genangan banjir sebesar 223,206 km2 dengan 19 desa terdampak dan 11.495 jiwa penduduk terkena resiko, dengan klasifikasi bahaya bendungan tingkat 4 (sangat tinggi).