Analisis Risiko Operasional Pada Bagian Pengadaan Perusahaan Agrokimia Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)

Main Author: Dahlia, Arini Anggun
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/173773/
Daftar Isi:
  • PT Petrosida Gresik merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri yang menghasilkan produk kimia seperti pestisida dan pupuk. PT Petrosida merupakan anak perusahaan dari PT Petrokimia Gresik. Pada Bagian Pengadaan PT Petrosida Gresik masih belum optimal dalam pengelolaan operasional bagian pengadaannya dikarenakan masih banyak keterlambatan kedatangan bahan baku, ketidaksesuaian spesifikasi bahan baku yang diterima, pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur, serta kegiatan operasional lain yang masih terdapat kesalahan dalam pelaksanaannya yang berkaitan dengan bagian pengadaan. Oleh karena itu, dari permasalahan tersebut dicari apa penyebab, indikasi risiko akan terjadinya, dampak dan solusi pemecahan dari permasalahan tersebut menggunakan metode failure mode and effect analysis (FMEA). Identifikasi risiko dilakukan brainstroming dengan bantuan metode risk breakdown structure (RBS) untuk mengelompokkan risiko dari level 0-3. Sebelumnya, dilakukan pemetaan aktivitas pada bagian pengadaan yang terbagi 4 proses yaitu perencanaan, pemesanan, penerimaan, dan pengembalian bahan baku untuk memudahkan dalam memahami bagaimana aktivitas bagian pengadaan di perusahaan. Metode failure mode and effect analysis (FMEA) digunakan untuk analisis risiko, penilaian risiko dan penanganan risiko. Hasil severity, occurrence, dan detection dibuat kuesioner yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap setiap indikator risiko yang telah teridentifikasi. Hasil kuesioner diolah untuk mengetahui risiko kritis yang ada pada bagian pengadaan. Risiko kritis diperoleh dari nilai risk priority number (RPN) tertinggi sehingga selanjutnya dilakukan risk response planning dalam penanganannya. Berdasarkan nilai risk priority number (RPN) diketahui bahwa terdapat 4 nilai indikator risiko kritis yang diperlukan usulan rekomendasi penanganan. Keempat indikator risiko kritis diperoleh sesuai rata-rata nilai kritis yaitu sebesar 263,52 dengan total RPN dibagi dengan jumlah potential failure. Risiko kritis pada bagian pengadaan adalah stock bahan baku di gudang melimpah disebabkan kapasitas gudang tidak memadai dengan nilai RPN sebesar 276,00, adanya selisih stock bahan baku pada rekap pencatatan dengan stock fisik di gudang disebabkan ketidaktelitian karyawan saat menginput stock bahan baku dengan nilai RPN sebesar 275,15, keterlambatan kedatangan bahan baku dan bahan baku yang diterima tidak sesuai yang diinginkan perusahaan yang keduanya disebabkan kendala dari pemasok dengan nilai RPN masing-masing sebesar 339,44 dan 273,78. Usulan perbaikan untuk risiko kritis yang ada pada bagian pengadaan menerapkan strategi risk acceptance yaitu penataan ulang penyimpanan bahan baku di gudang, penerapan stockless purchase system dan penjadwalan pengiriman pengadaan (sistem kanban pemasok) serta menerapkan strategi risk mitigation yaitu pengetikan dengan pemeriksaan ulang, perhitungan stok (stock opname), penggunaan barcode scanner, adanya kontrak kerja dengan pemasok, pemilihan pemasok lebih selektif, pengkajian ulang evaluasi kinerja pemasok, dan pengecekan spesifikasi bahan baku secara optimal.