Perilaku Petani Bawang Merah Dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Upaya Peningkatan Pendapatan (Kasus di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu)
Main Author: | -, Annisa |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173703/ |
Daftar Isi:
- Tujuan akhir (goal) dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan masukan dalam upaya peningkatan pendapatan usahatani bawang merah dengan mendorong perilaku petani agar lebih berani dalam menghadapi risiko. Seperti produk pertanian lainnya, bawang merah tidak pernah lepas dari risiko dan ketidakpastian. Hal ini pun dirasakan oleh petani bawang merah di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Risiko berkaitan erat dengan sikap dan perilaku individu petani yang mempengaruhi keputusannya dalam mengkombinasi tingkat penggunaan input faktor produksi maupun faktor lainnya. Secara teori petani yang berani terhadap risiko akan mendapatkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi daripada petani yang enggan terhadap risiko. Namun kebanyakan petani lebih memilih untuk enggan menanggung risiko, sehingga pendapatan yang diperoleh menjadi tidak maksimal. Fenomena demikian memberi gambaran bahwa perilaku petani terhadap risiko dapat menjadi masalah krusial terutama berkaitani dengan kegiatan usahatani, khususnya dalam pengambilan keputusan oleh petani. Oleh karena itu, atas dasar uraian di atas penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan masukan kepada petani untuk meningkatkan pendapatan dengan mendorong petani untuk lebih berani dalam menghadapi risiko. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Sejauh mana perilaku petani bawang merah dalam menghadapi risiko produksi berpengaruh terhadap pendapatan”. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, berikut tujuan yang ingin dicapai dalam penilitian ini: 1. Mendeskripsikan tingkat pendapatan petani bawang merah di Desa Torongrejo 2. Menganalisis tingkat risiko produksi dalam kegiatan usahatani bawang merah di Desa Torongrejo 3. Menganalisis perilaku petani terhadap risiko produksi usahatani bawang merah di Desa Torongrejo. 4. Menganalisis pengaruh perilaku petani dalam menghadapi risiko dan faktor-faktor lain terhadap pendapatan. Metode penentuan lokasi ditentukan secara purposive, karena Desa Torongrejo merupakan salah satu sentra bawang merah di Kota Batu, Jawa Timur. Metode penentuan responden dilakukan dengan metode sensus karena populasi relatif kecil atau dapat dijangkau. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan pertama dilakukan dengan mendeskripsikan tingkat pendapatan dengan membandingkan rata-rata pendapatan petani didaerah penelitian dengan penelitian terdahulu untuk mengetahui tingkat pendapatan petani didaerah penelitian. Tujuan kedua untuk menganalisis tingkat risiko digunakan alat analisis koefisien variasi. Nilai koefisien variasi yang lebih dari 0,5 menunjukkan tingkat risiko yang tinggi, sebaliknya nilai koefisien variasi yang kurang dari 0,5 menunjukkan tingkat risiko yang rendah (Ekawati, 2016). Tujuan ketiga untuk menganalisis perilaku petani digunakan metode Moscardi dan deJanvy (1977) dengan menghitung nilai keengganan risiko (K(s)). Menurut Moscardi dan deJanvy kriteria perilaku petani dibagi menjadi 3, yakni risk taker, risk netral, dan risk averter. Tujuan keempat untuk mengetahui pengaruh perilaku petani terhadap tingkat pendapatan dilakukan analisis regresi linear berganda dengan memasukkan variabel dummy perilaku petani. terdapat dua variabel dummy yang digunakan karena kriteria perilaku petani terbagi menjadi 3, yakni risk taker, risk netral, dan risk averter. Dari hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Rata-rata pendapatan petani bawang merah di daerah penelitian tergolong rendah, yang ditunjukkan oleh rendahnya rata-rata pendapatan dibandingkan rata-rata pendapatan pada hasil penelitian terdahulu di Cirebon (2015), Tegal (2015) dan Pengalengan (2017). Rata-rata pendapatan usahatani di daerah penelitian sebesar Rp 23.369.723/Ha, sedangkan rata-rata pendapatan usahatani hasil penelitian terdahulu sebesar Rp 29.576.410/Ha. 2. Risiko produksi bawang merah di daerah penelitian tergolong dalam kategori tinggi, karena nilai koefisien variasi lebih besar dari 0,5, yaitu sebesar 0,52. 3. Sebagian besar petani bawang merah di daerah penelitian (47%) berperilaku menolak risiko (risk averter), hal ini disebabkan di daerah penelitian seringkali terjadi serangan hama penyakit dan perubahan cuaca. 4. Perilaku petani berpengaruh positif terhadap pendapatan usahataninya. Petani yang berperilaku berani menanggung risiko (risk taker) memiliki tingkat pendapatan usahatani yang lebih tinggi dibandingkan petani yang berperilaku enggan menanggung risiko (risk netral dan risk averter). Rata-rata pendapatan petani risk taker sebesar Rp 38.175.913. Petani risk netral memperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp 25.863.464, sedangkan petani risk averter memperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp 13.816.996. 5. Di daerah penelitian, faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani adalah luas lahan garapan, sedangkan biaya bibit per hektar berpengaruh negatif. Biaya pupuk, pestisida, dan tenaga kerja per hektar tidak dapat disimpulkan pengaruhnya dalam penelitian ini karena data antar responden kurang bervariasi.