Pengaruh Ketebalan Mulsa Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil 2 Varietas Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di Lahan Kering

Main Author: Tarigan, Liri Sari
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/173642/
Daftar Isi:
  • Bawang merah merupakan tanaman hortikultura yang memiliki manfaat yang besar dan menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia. Budidaya bawang merah dapat dilakukan di lahan kering dan lahan basah. Menurut Purbiati (2012) hasil tanaman bawang merah yang ditanam di lahan kering dapat mencapai 6-8 ton/ha umbi kering. Lahan kering adalah luasan lahan yang tidak pernah tergenang air dalam waktu yang lama. Dalam melakukan budidaya pertanian di lahan kering perlu dilakukan teknik untuk mempertahankan kandungan air dalam tanah sehingga meningkatkan kelembaban tanah. Mulsa jerami padi adalah salah satu mulsa organik yang dapat diaplikasikan pada lahan budidaya pertanian. Lahan kering memiliki ketersediaan yang terbatas bagi tanaman. Budidaya bawang merah dilahan kering dapat dilakukan dengan modifikasi lingkungan yang dapat mempertahankan kelembaban tanah, sehingga ketersediaan air dalam tanah cukup bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketebalan mulsa jerami padi yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil dua varietas bawang merah. Hipotesis pada penelitian ini adalah dua varietas bawang merah Bauji dan Tajuk memiliki perbedaan kebutuhan ketebalan mulsa jerami padi yang sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2019. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Universitas Brawijaya yang terletak di Desa Jatikerto, Kecematan Kromengan, Kabupaten Malang, Jawa Timur Rancanngan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 8 perlakuan yaitu P0 ( Bauji tanpa mulsa); P1 (Bauji mulsa 2,5 cm); P2 (Bauji mulsa 5cm); P3 (Bauji mulsa 7,5 cm) P4 (Tajuk tanpa mulsa); P5 (Tajuk mulsa 2,5 cm); P6 (Tajuk mulsa 5cm); P7 (Tajuk mulsa 7,5 cm). Parameter pengamatan antara lain adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, jumlah umbi per rumpun, diameter umbi, bobot segar umbi, bobot kering umbi, hasil umbi per hektar, suhu tanah, dan kelembaban tanah. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% apabila berpengaruh nyata maka akan dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 % untuk mengetahui perbedaan perlakuan. Pada varietas Bauji, mulsa jerami padi dengan ketebalan 5 cm menghasilkan bobot kering umbi tertinggi yaitu sebesar 10 ton ha-1 dan penggunaan mulsa 7,5 cm menurunkan bobot kering umbi dibandingkan dengan perlakuan 5 cm. Pada varietas Tajuk, mulsa jerami padi dengan ketebalan 7,5 cm menghasilkan bobot kering umbi tertinggi yaitu sebesar 15,16 ton ha-1