Analisis Daya Saing Ekspor Jahe (Zingiber officinale) Indonesia di Pasar ASEAN
Main Author: | Nugraha, Pandu Indira |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173505/ |
Daftar Isi:
- Seiring berkembangnya teknologi, pola kebutuhan dan perekonomian masyarakat di era globalisasi saat ini, maka suatu negara semakin sulit untuk berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam di dalam negeri. Hal ini mengakibatkan adanya proses perdagangan yang dilakukan antar negara lain untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Menurut Apridar (2012) perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama dapat diartikan sebagai perdagangan internasional. Tujuan yang mendorong terjadinya perdagangan internasional yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang diperoleh kedua belah pihak sebagai pelaku perdagangan. Indonesia merupakan salah satu negara yang aktif melakukan kegiatan ekspor pada perdagangan internasional di pasar ASEAN. Salah satu komoditas unggulan yang diekspor yaitu jahe. Adanya persetujuan perdagangan bebas dikawasan ASEAN yang dikenal sebagai MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) mengakibatkan munculnya persaingan yang lebih ketat untuk merebut pangsa pasar di ASEAN. Oleh karena itu perlu dilakukannya kajian tentang spesialisasi dan daya saing ekspor jahe Indonesia untuk melihat posisi dan kondisi komoditas jahe Indonesia agar dapat bersaing dalam perdagangan di pasar ASEAN. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis spesialisasi perdagangan jahe Indonesia di pasar ASEAN, (2) Menganalisis daya saing komparatif komoditas jahe Indonesia di pasar ASEAN, dan (3) Menganalisis daya saing kompetitif komoditas jahe Indonesia di pasar ASEAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder berupa time series mulai tahun 1997-2016. Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan) untuk menganalisis spesialisasi perdagangan jahe Indonesia di Pasar ASEAN, RCA (Revealed Comparative Advantage) dan XCi (Export Competitiveness Indeks) yang digunakan untuk menganalisis daya saing secara komparatif dan kompetitif tentang perdagangan jahe Indonesia di Pasar ASEAN. Negara Singapura dan Malaysia merupakan negara pembanding sebagai pengekspor jahe di pasar ASEAN. Hasil penelitian daya saing ekspor jahe Indonesia di Pasar ASEAN antara lain sebagai berikut: 1. Dari hasil analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) selama kurun waktu 1997-2016, Indonesia memiliki nilai rata-rata ISP jahe sebesar 0,61. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia sebagai negara yang mempunyai daya saing ekspor jahe di Pasar ASEAN. Indonesia memiliki nilai ISP yang positif yaitu 0,61 dan termasuk pada tahap pertumbuhan (0,01-0,80). Sedangkan nilai rata-rata ISP yang diperoleh negara pembanding yaitu Singapura (-0,50) dan Malaysia (-0,27). Kedua negara pesaing tersebut mempunyai daya saing jahe cenderung sebagai importir jahe. 2. Komoditas jahe Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan jahe di pasar ASEAN. Hal ini ditunjukkan dengan hasil dari ii analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) yang lebih dari satu. Menurut hasil perhitungan analisis RCA, selama kurun waktu tahun 1997-2016 Indonesia memiliki nilai rata-rata RCA komoditas jahe sebesar 2,69. Daya saing komparatif jahe yang dimiliki Indonesia mempunyai nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara pesaing yaitu Singapura (1,01) dan Malaysia (0,92). Indonesia juga dapat dikatakan sebagai negara eksportir jahe di pasar ASEAN. 3. Hasil analisis Export Competitiveness Index (XCi) dalam kurun waktu tahun 1997-2016 rata-rata nilai XCi jahe Indonesia adalah sebesar 1,19. Nilai tersebut merupakan nilai yang positif bagi daya saing jahe Indonesia di pasar ASEAN karena lebih dari satu. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata kemampuan daya saing jahe Indonesia di pasar ASEAN memiliki keunggulan kompetitif. Namun kondisi jahe Indonesia dalam segi daya saing kompetitif harus bersaing dengan negara lain. Hal ini dibuktikan dengan nilai XCi jahe Indonesia (1,19) yang masih dibawah nilai XCi jahe Singapura (1,24) dan Malaysia (1,58). Berdasarkan hasil penelitian yang didapat untuk meningkatkan daya saing komparatif komoditas jahe Indonesia dapat dilakukan beberapa inovasi baru misalnya pemanfaatan lahan kering dan sawah yang lebih maksimal, serta diharapkan peran dari pemerintah guna meningkatkan produktifitas jahe dengan memsubsidi bibit jahe unggul dan memberlakukan teknologi yang efektif dan efisien dalam hal budidaya jahe. Sedangkan dalam hal keunggulan kompetitif, perlu adanya peningkatan dari sisi kualitas dan kuantitas dari penjualan jahe dengan mengembangkan ekspor jahe dalam bentuk olahan (diversifikasi) produk selain bahan mentah sehingga dapat meningkatkan volume serta nilai ekspor jahe di pasar ASEAN. Penanganan pasca panen juga perlu ditingkatkan lebih baik lagi agar jahe komoditas ekspor lebih variatif bentuk olahannya. Hal ini akan membuat harga komoditas jahe Indonesia menjadi lebih tinggi dan memiliki nilai tambah yang secara kualitas juga semakin meningkat.