Analisis Integrasi Pasar Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Kabupaten Malang
Main Author: | Hanani, Artianti Anin |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173451/ |
Daftar Isi:
- Petani memproduksi cabai rawit dalam jumlah tertentu yang berpengaruh terhadap kondisi pasokan dan mengakibatkan harga cabai rawit berfluktuasi. Jika harga cabai rawit mengalami kenaikan petani akan menanam cabai rawit secara bersamaan yang membuat stok cabai rawit melimpah sehingga terjadi penurunan harga cabai. Hal ini menyebabkan adanya kesenjangan harga yang besar antara produsen dan konsumen mengindikasikan adanya transmisi harga. Kesenjangan yang terjadi membuat petani tidak mendapatkan keuntungan usahatani cabai rawit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis integrasi pasar cabai rawit produsen dan pedagang pengecer serta menganalisis pasar acuan harga cabai rawit di Kabupaten Malang. Metode penentuan lokasi dilakukan secara purposive di Kabupaten Malang. Data harga cabai rawit yang digunakan adalah data time series skala bulanan dari Januari 2014 sampai Desember 2018. Metode analisis data menggunakan Error Correction Model (ECM) untuk integrasi pasar dan untuk pasar acuan menggunakan Kausalitas Engle-Granger. Aplikasi yang digunakan adalah Eviews 10. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa harga produsen dan pedagang pengecer cabai rawit telah terintegrasi. Hal ini ditunjukkan melalui uji kointegrasi untuk hubungan jangka panjang dilihat dari nilai residual yang sudah stasioner, dimana nilai t-statistik kurang dari nilai kritis dengan nilai probabilitas kurang dari 0,05 yaitu 0,0000. Pada uji ECM menunjukkan nilai R-square mendekati satu (0,8641) menjelaskan bahwa 86,41% perubahan harga produsen mampu dijelaskan oleh perubahan harga pedagang pengecer, dan sisanya 13,58% dapat dijelaskan oleh variabel diluar model. Nilai ECT (-0,7199) menunjukkan terdapat hubungan jangka panjang namun pergerakan harga cabai rawit pada kondisi keseimbangan jangka pendek semakin menjauh. Koefisien ECT menjelaskan ketidaksesuaian antara jangka panjang dan jangka pendek dapat di koreksi selama satu tahun sekitar 71,99%, menunjukkan penyesuaian keseimbangan harga cabai rawit membutuhkan waktu sekitar 1,3 bulan. Koefisien PE menunjukkan hasil sebesar 0,8333 artinya jika terjadi kenaikan harga cabai rawit di pedagang pengecer sebesar Rp. 1000 maka akan menyebabkan kenaikan harga cabai di produsen sebesar Rp. 833,30. Hasil uji kausalitas Engle-Granger menunjukkan bahwa harga di tingkat produsen mempengaruhi harga di tingkat pedagang pengecer, dimana nilai probabilitas (0,0202) kurang dari nilai signifikan (0,05). Sehingga harga cabai rawit di tingkat produsen dan di tingkat pedagang pengecer menunjukkan hubungan satu arah. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa pasar cabai rawit telah terintegrasi lemah, namun terdapat informasi yang belum ditransmisikan. Harga di tingkat pedagang pengecer menjadi pasar acuan cabai rawit di Kabupaten Malang. Saran yang dapat diberikan adalah petani dan pedagang pengecer perlu untuk aktif menggali informasi agar tidak menjadi korban permainan harga dari pihak yang menginginkan keuntungan sepihak saja. Pemerintah perlu untuk memberdayakan petani dengan memberi solusi budidaya dan pemasaran cabai rawit.