Analisis Preferensi Pelaku Usaha Agribisnis Terhadap Atribut Peran Sentra Pengembangan Agribisnis (SPA) di Kecamatan Sukomoro dalam Pengembangan Agribisnis di Kabupaten Nganjuk
Main Author: | Ilmiah, Siti Nur |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173421/ |
Daftar Isi:
- Sektor pertanian menyumbang PDRB Kabupaten Nganjuk sebesar 31,57% pada tahun 2017. Pertanian menjadi sektor dengan potensi dominan karena selalu menyumbangkan PDRB diatas angka 30% (BPS, Nganjuk Dalam Angka, 2018). Pemerintah Kabupaten Nganjuk dalam upaya mendukung sektor pertanian membangun Sentra Pengembangan Agribisnis (SPA) Sukomoro sebagai sarana untuk mendukung Kabupaten Nganjuk sebagai kawasan agropolitan. Sebagai sarana pendukung kawasan agropolitan, SPA mencakup kriteria konsep dari infrastruktur yang mendukung berbagai kegiatan dalam sub sistem agribisnis (Idrus, 2012). SPA dalam menjalankan perannya belum dapat dikatakan optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal, seperti penurunan pengunjung dan sistem yang kurang sesuai dengan petani (Putra et al., 2013). Penelitian ini memiliki tujuan yaitu (1) melakukan identifikasi karakteristik sosial ekonomi petani dan pelaku usaha agroindustri di Kabupaten Nganjuk, (2) menentukan kombinasi atribut peran Sentra Pengembangan Agribisnis (SPA) di Kecamatan Sukomoro yang sesuai dengan preferensi petani dan pelaku usaha agroindustri di Kabupaten Nganjuk, (3) menentukan urutan prioritas atau nilai kepentingan dari atribut peran Sentra Pengembangan Agribisnis (SPA) di Kecamatan Sukomoro yang dianggap penting menurut preferensi petani dan pelaku usaha agroindustri di Kabupaten Nganjuk. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan non-probability sampling dengan menggunakan metode purposive sampling. Petani dan pelaku agroindustri dipilih secara sengaja menjadi responden oleh penulis dalam penelitian ini. Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan deskriptif kuantitatif untuk menjawab tujuan pertama dan analisis konjoin dengan bantuan software SPSS untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan sembilan indikator, karakteristik sosial ekonomi pelaku agribisnis adalah untuk responden petani mayoritas berjenis kelamin laki-laki sedangkan pelaku agroindustri berjenis kelamin perempuan. Usia dari petani tergolong dalam usia madya (40-60 tahun) sedangkan pelaku agroindustri bukan dalam usia madya (< 40 tahun). Tingkat pendidikan petani mayoritas SMA sedangkan pelaku agroindustri > SMA (perguruan tinggi). Pengalaman usaha petani lebih tinggi yaitu > 20 tahun dibandingkan pelaku agroindustri yang masih kurang dari lima tahun berjalan. Dari segi pendapatan baik petani maupun pelaku agrindustri tergolong dalam usaha mikro karena pendapatan pertahun kurang dari Rp. 300.000.000. Jangkauan pasar pelaku agroindustri lebih luas daripada petani yaitu mencakup pasar luar provinsi karena menggunakan pemasaran online, sedangkan petani hanya dalam lingkup pasar kabupaten karena pemasarannya melalui tengkulak atau pedagang pengepul lokal. Luas lahan petani tergolong dalam kategori sedang (0,5 ii – 1 ha) dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Usaha agroindusti tergolong dalam industri rumah tangga karena memiliki jumlah tenaga kerja 1 – 4 orang. Hasil penelitian mengenai preferensi pelaku agribinis di Kabupaten Nganjuk terhadap peran SPA menunjukkan kombinasi atribut berdasarkan prioritas responden dari yaitu pada Peran Perdagangan Pertanian, level atribut yang menjadi perioritas responden adalah SPA berperan dalam distribusi input pertanian dengan nilai utilitas 0,283. Hasil Preferensi terhadap Peran Pelatihan Pertanian diperoleh hasil bahwa level atribut yang menjadi prioritas responden adalah SPA menjadi pusat program pelatihan spembuatan pupuk alami dengan nilai utilitas 0,256. Hasil preferensi pada Peran Informasi Pertanian, diperoleh hasil bahwa level atribut yang menjadi perioritas responden adalah SPA berperan dalam memberikan informasi harga komoditas dengan nilai utilitas sebesar 0,083. Hasil preferensi pada Peran Pengembangan Bisnis Pertanian atribut yang menjadi prioritas adalah SPA menjadi pusat tempat pelatihan manajerial (entrepreneurship) dengan nilai utilitas 0,037. Urutan prioritas atau nilai kepentingan dari atribut peran Sentra Pengembangan Agribisnis (SPA) berdasarkan nilai kepentingan (importance value) hasil analisis konjoin adalah (1) Pusat Perdagangan Pertanian; (2) Pusat Pelatihan Pertanian; (3) Pusat Infromasi Pertanian; dan (4) Pusat Pengembangan Bisnis Pertanian. Saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian terhadap topik terkait yaitu pemerintah meningkatkan peran SPA sebagai tempat berpusatnya perdagangan pertanian dan pelatihan untuk para palaku usaha agribisnis yang berfokus pada inovasi teknologi dan pengembangan pertanian di Kabupaten Nganjuk. SPA digunakan sebagai tempat pelatihan untuk pelaku usaha untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan baik dari penyuluh maupun dari sesama pelaku usaha. Pemerintah memfungsikan SPA dengan mempertimbangkan preferensi dari maysarakat khususnya pelaku usaha sektor pertanian. Saran untuk peneliti yang akan melakukan penelitian terkait preferensi terhadap peran SPA di kabupaten Nganjuk untuk dapat memperbanyak level atribut dari masing-masing peran yang sesuai dengan kebutuhan pelaku agribisnis dan potensi yang ada. Contohnya seperti menyediakan tempat penjemuran hasil panen untuk petani, menjadi tempat untuk organisasi UMKM.