Analisis Pertumbuhan Dan Hasil Aksesi Jahe Gajah ( Zingiber Officinale Var Offichinarum) Di Dataran Tinggi
Main Author: | Putri, Liffika Andika |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173349/1/LIFFIKA%20ANDIKA%20PUTRI%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/173349/ |
Daftar Isi:
- Jahe (Zingiber officinale) termasuk jenis tanaman yang termasuk kedalam famili Zingiberaceae. Bagian tanaman jahe yang dimanfaatkan ialah rimpangnya untuk bumbu dapur dan bahan baku industri obat tradisional, makanan dan minuman. Produksi jahe nasional dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sentra produksi jahe terbesar di Indonesia adalah Provinsi Jawa Timur dengan total produksi 65.028 ton ha-1 atau menyumbang sekitar 27,74% dari total produksi jahe nasional (BPS,2017). Pada tahun 2018, Azizah et al. telah melakukan koleksi 9 aksesi jahe gajah dari 7 kabupaten yaitu Ngawi,Trenggalek, Malang, Sumenep, Mojokerto, Pasuruan dan Banyuwangi. Aksesi jahe gajah yang telah dikoleksi tersebut memiliki potensi hasil yang berbeda. Salah satu hal yang diduga menjadi perbedaan potensi produksi setiap aksesi jahe ialah faktor lingkungan tumbuh yang beragam. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan dan hasil 9 aksesi jahe gajah, serta untuk mendapatkan aksesi jahe gajah yang berpotensi memiliki daya hasil tinggi untuk ditanam di dataran tinggi (UB Forest). Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2018 hingga Juni 2019 di lahan percobaan kawasan UB Forest tepatnya di lereng gunung arjuna yang terletak di Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 aksesi jahe gajah yang berasal dari beberapa Kabupaten di Jawa Timur, yaitu JG M Jb(Jahe Gajah Jabung,Malang), JG Sm (Jahe Gajah Sumenep), JG M Kr (Jahe Gajah Karangploso,Malang), JG Nw (Jahe Gajah Ngawi), JG Mj (Jahe Gajah Mojokerto), JG Ps (Jahe Gajah Pasuruan), JG Bw (Jahe Gajah Banyuwangi), JG TgSd (Jahe Gajah Sidomulyo,Trenggalek), dan JG b (Jahe Gajah Pule,Trenggalek). Pengamatan dilakukan secara destruktif dan panen. Variabel pengamatan pertumbuhan tanaman secara destruktif meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, jumlah akar, jumlah anakan, persentase tumbuh, jumlah ruas rimpang per tanaman, panjang rimpang, diameter rimpang, rata-rata bobot kering total tanaman, jumlah anakan, kandungan klorofil, kadar air rimpang, laju pertumbuhan tanaman, bobot segar rimpang total per tanaman dan bobot segar rimpang total per hektar. Variabel pengamatan panen meliputi jumlah ruas rimpang per tanaman, panjang rimpang, diameter rimpang, kadar air rimpang, bobot segar rimpang total per tanaman, bobot segar rimpang per hektar yang dilakukan saat tanaman berumur 6 bulan setelah tanam. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ragam (uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh lingkungan maupun genetik terhadap pertumbuhan tanaman. Apabila hasilnya berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5% . Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, jumlah akar, jumlah anakan, persentase tumbuh, jumlah ruas rimpang, panjang rimpang, diameter rimpang, laju pertumbuhan tanaman, kadar air, bobot segar rimpang per tanaman dan bobot segar rimpang per hektar menunjukkan hasil yang berbeda nyata, sedangkanvariabel pengamatan kandungan klorofil tidak berbeda nyata pada semua aksesi. Aksesi jahe gajah yang berpotensi memiliki daya hasil tinggi dan ditanam di dataran tinggi yaitu aksesi JG Nw (Ngawi), JG Ps (Pasuruan), JG M Jb (Jabung,Malang), JG Mj (Mojokerto), dan JG Sm (Sumenep) masing-masing memberikan hasil rimpang jahe gajah sebesar 64,91 g tan-1, 60,31 g tan-1, 50,64 g tan-1, 48,33 g tan-1 dan 46,79 g tan-1.