Metode Pengendalian Gulma Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Putih (Allium Sativum L.)
Main Author: | Hutagalung, Meissy Priska |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173307/1/MEISSY%20PRISKA%20HUTAGALUNG%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/173307/ |
Daftar Isi:
- Bawang putih (Allium sativum. L) merupakan salah satu komoditas pangan penting yang sangat dibutuhkan penduduk, dimana bagian tanaman yang paling di manfaatkan adalah umbi bawang putih. Umbi bawang putih biasa digunakan sebagai bahan campuran makanan untuk bumbu dasar atau penyedap masakan. Umbi bawang putih mengandung zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat dan beberapa kandungan zat hara seperti kalsium, kalium dan vitamin. Banyaknya manfaat bawang putih serta meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan permintaan terus meningkat setiap tahun. Menurut BPS (2017), luas panen tanaman bawang putih tahun 2017 sebesar 2.146 ha dengan produksi sebesar 19.510 ton lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu luas panen 2.407 ha dengan produksi 21.151 ton. Salah satu permasalahan yang dapat menurunkan produksi bawang putih ialah gulma. Keberadaan gulma ini tidak dikehendaki manusia karena dapat menimbulkan persaingan antara bawang putih dengan gulma dalam hal memperebutkan unsur hara, air, cahaya matahari dan lain sebagainya sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi bawang putih. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2019 di Desa Kasin Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Lokasi Penelitian berada pada ketinggian sekitar ± 600 mdpl. Varietas yang digunakan adalah varietas Lumbu Kuning. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu P0: tanpa pengendalian gulma (kontrol), P1: bebas gulma, P2: penyiangan 45 hst, P3: penyiangan 30, 60 hst, P4: penyiangan 30, 45, 60 hst, P5: herbisida oksifluorfen 240 g ha-1, P6: mulsa jerami padi, P7: herbisida oksifluorfen 240 g ha-1 + penyiangan 60 hst, P8: mulsa jerami padi + penyiangan 60 hst. Parameter pengamatan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu (1) parameter pertumbuhan dengan mengamati panjang tanaman (cm) dan jumlah daun. (2) parameter komponen hasil dengan mengamati berat segar total tanaman (kg ha-1), berat kering daun tanaman (kg ha-1), bobot kering umbi (kg ha-1), diameter umbi (kg ha-1) dan jumlah siung perumbi, serta (3) parameter gulma dengan menganalisis vegetasi gulma, menghitung Summed Dominance Ratio (SDR), bobot kering gulma, efisiensi pengendalian gulma, indeks dan fitotoksisitas. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F) dengan taraf 5%, bertujuan untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh dari perlakuan. Apabila terdapat beda nyata, maka dilakukan dengan uji BNT dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan penyiangan 30, 60 HST (P3), penyiangan 30, 45, 60 HST (P4), herbisida oksifluorfen 240 g ha-1 + penyiangan 60 HST (P7), mulsa jerami + penyiangan 60 HST (P8) menghasilkan bobot kering gulma yang rendah pada pengamatan umur 67 HST. Sedangkan pada pengamatan selanjutnya hanya perlakuan bebas gulma yang dapat menekan populasi dan bobot kering gulma. Sedangkan jenis gulma dominan yang selalu ada di setiap petakii perlakuan, serta di setiap umur pengamatan ialah gulma Amaranthus spinosus L. Perlakuan penyiangan 30, 45 dan 60 HST (P4) menunjukkan hasil (t ha-1) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan bebas gulma (P1). Perlakuan bebas gulma (P1) menunjukkan hasil yang terbaik pada setiap parameter pertumbuhan (panjang tanaman, jumlah daun) serta parameter komponen hasil (berat segar total tanaman, bertat kering bagian atas tanaman atau daun, berat kering umbi, diameter umbi, dan hasil ubinan). Sedangkan perlakuan tanpa pengendalian gulma (P0) menunjukkan hasil yang paling rendah pada setiap parameter pertumbuhan dan komponen hasil.