Analisis Usahatani Dan Saluran Pemasaran Ubi Kayu Di Desa Sukowilangun, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang

Main Author: Wijayanti, Ananda
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/173243/1/Skripsi%20Ananda%20Wijayanti%20%28370660026%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/173243/
Daftar Isi:
  • Usahatani ubi kayu memiliki peran penting bagi perekonomian petani. Peran penting ubi kayu yaitu sebagai bahan pangan, bahan pakan dan bahan baku industri. Namun dalam pelaksanaannya, agribisnis ubi kayu mengalami permasalahan pada harga yang berfluktuatif, dimana kondisi tersebut berdampak pada pendapatan usahatani. Oleh sebab itu, kegiatan pemasaran menjadi sangat penting dalam meningkatkan pendapatan usahatani. Pemasaran ubi kayu seringkali melibatkan pedagang perantara. Keberadaan pedagang berperan sebagai penyalur hasil panen petani kepada industri yang membutuhkan pasokan ubi kayu. Masingmasing pedagang memiliki saluran pemasaran yang berbeda dalam menjual ubi kayu. Perbedaan harga yang ditawarkan menyebabkan petani dihadapkan pada berbagai pilihan saluran pemasaran. Salah satu hubungan pemasaran terjalin antara petani ubi kayu dengan pedagang di Desa Sukowilangun, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan saluran pemasaran ubi kayu, mendeskripsikan alasan petani memasarkan ubi kayu melalui pedagang dan menganalisis perbedaan pendapatan usahatani ubi kayu yang diterima petani berdasarkan pedagang yang dipilih. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukowilangun, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang pada bulan April hingga Mei 2019. Teknik penentuan responden pedagang pada penelitian ini menggunakan snowball sampling dan diperoleh 7 responden pedagang. Sedangkan teknik penentuan responden petani menggunakan simple random sampling dengan mengambil minimal 50% dari jumlah petani pada masing-masing pedagang, sehingga diperoleh responden petani sebanyak 38 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis usahatani. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan saluran pemasaran ubi kayu dan alasan petani memilih memasarkan ubi kayu melalui pedagang. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis perbedaan pendapatan usahatani ubi kayu berdasarkan pedagang yang dipilih oleh petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 saluran pemasaran ubi kayu di Desa Sukowilangun. Saluran I terdiri dari: petani – pedagang pengumpul – konsumen industri, sedangkan saluran II terdiri dari: petani – pedagang pengumpul – pedagang besar – konsumen industri. Keputusan petani memilih saluran pemasaran melalui pedagang disebabkan karena beberapa alasan, diantaranya: keterbatasan informasi, keterbatasan jumlah produksi, terdesak kebutuhan ekonomi, keterbatasan biaya panen, kemudahan dalam menjual ubi kayu, kemudahan dalam sistem pembayaran dan adanya hubungan kekerabatan antara petani dengan pedagang. Hasil analisis pendapatan usahatani menunjukkan adanya perbedaan pendapatan usahatani pada masing-masing pedagang yang dipilih petani dalam menjual ubi kayunya. Secara berturut-turut pendapatan petani dari usahatani ubi kayu per hektar per musim tanam berdasarkan pedagang yang dipilih sebagaiii berikut: Pak Pani yaitu sebesar Rp 38.082.738, Pak Heri sebesar Rp 35.497.700, Pak Ladi sebesar Rp 32.902.567, Pak Susilo sebesar Rp 32.613.000, Pak Ngadiran sebesar Rp 31.611.721, Pak Sukar sebesar Rp 30.128.825 dan Pak Poniran sebesar Rp 27.018.043. Pendapatan usahatani paling tinggi diperoleh petani yang menjual ubi kayu kepada Pak Pani yaitu sebesar Rp 38.082.738 per hektar. Meskipun demikian, masing-masing pedagang telah membantu petani memperoleh keuntungan dari usahatani ubi kayu. Berdasarkan hasil penelitian, saran untuk petani agar memperhatikan waktu panen yang sesuai dengan umur ideal tanaman. Selain itu petani diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi terkait informasi harga, sehingga petani tidak hanya menjadi penerima harga (price taker) melainkan juga menjadi penentu harga (price maker). Saran untuk pedagang ubi kayu diharapkan dapat menjalin hubungan kemitraan dengan industri/pabrik untuk menjamin pemasaran ubi kayu dan menghindari jatuhnya harga pada saat panen raya. Saran ketiga untuk penelitian berikutnya yaitu dapat menganalisis dampak hubungan pemasaran antara petani dengan pedagang yang beragam terhadap kondisi sosial ekonomi petani ubi kayu