Model Pnyuluhan Kopi Arabika Pada Petani Kopi di Lingkungan UB Forest (Studi kasus Petani Kopi UB Forest Dusun Sumbersari, Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang
Main Author: | Shoimah, Lailatus |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173168/ |
Daftar Isi:
- Indonesia merupakan Negara pertanian, yang artinya pertanian memegang peranan penting dan keseluruhan perekonomian nasional. Salah satunya yaitu tanaman industri adalah sebuah anugrah yang harus dijaga serta memiliki konsekuensi tanggung jawab dari manusia. Sebagai paru-paru dunia dalam penyedia oksigen yang sangat berarti bagi kehidupan makhluk lainnya (Indriyanto. 2010). Salah satu upaya dalam mengendalikan kerusakan hutan adalah pentingnya kesadaran bagi petani dan Stakeholder, dimana pertimbangan yang dilakukan tersebut muncul dari prosepsi masyarakat terhadap manfaat yang dirasakan saat berinteraksi secara langsung selama mengelola hutan. Secara konseptual komoditas unggulan hutan UB Forest yaitu kopi Arabika yang mana juga merupakan peranan penting dalam ekonomi untuk meningkatkan penghasilan rakyat yang dapat menunjang kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini (1) Mendeskripsikan aktifitas oetani agribisnis kopi Arabika di lingkungan UB Forest, (2) Mendeskripsikan peran penyuluh pertanian lapang di lingkungan UB Forest, (3) Mendiskripsikan perilaku petani kopi Arabika dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kemauan, (4) Mennganalisis hubungan aktifitas petani agribisnis kopi dengan perubahan perilaku setelah mengikuti penyuluhan, (5) Menganalisis hubungan peran penyuluh dengan perubahan perilaku petani setelah mengikuti penyuluhan pertanian, (6) Menganalisis hubungan antar perubahan perilaku petani dengan peningkatan produktivitas kopi Arabika di UB Forest. Kegiatan penelitian dilakukan di UB Forest dan dilaksanakan selama bulan Februari-Maret 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode gabungan (mixed method), dimana peneliti membutuhkan penjelasan tentang variabel, mengumpulkan data kuantitatif, menganalisis angka dan dibantu dengan data kualitatif yaitu wawancara mendalam. Metode untuk mengukur adanya hubungan yang di uji dalam penelitian menggunakan analisis korelasi Rank Spearman. Kesimpulan dai penelitian ini yaitu, pada aktivitas agribisnis petani dalam budidaya kopi Arabika di UB Forest dalam subsistem hulu, onfarm dengan jumlah responden sebanyak 26 petani masuk dalam kategori tinggi. Akan tetapi pada subsistem hilir masuk dalam kategori rendah. Karena petani kurang memiliki kemampuan pada subsistem hilir dan petani UB Forest memang tidak banyak berperan pada kegiatan agribisnis di subsistem hilir. Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) pada budidaya kopi Arabika di UB Forest yaitu sebagai pengajar, pemimpin, komunikator dan motivator masuk dalam kategori tinggi. Karena, peran Penyuluh Lapangan (PPL) sangat dibutuhkan oleh petani untuk memberikan bimbingan dan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan petani pada kopi Arabika, agar dapat meningkatkan produktivitas kopi Arabika di UB Forest. Pada perubahan perilaku petani kopi Arabika di UB Forest termasuk dalam kategori tinggi. Karena pengalaman petani dalam berbudidaya kopi Arabika telah bertahun-tahun lamanya, sehingga petani kopi Arabika di UB Forest telah banyak memahami dan memiliki pengetahuan cara budidaya kopi dengan baik. Pada subsistem hulu terdapat hubungan antara subsistem hulu dengan perubahan perilaku yang memiliki jumlah hitung sebesar 0.498, karena kemampuan petani dalam subsistem hulu dikatakan baik maka perubahan perilaku petani juga baik. Pada subsistem onfarm terdapat hubungan antara subsistem onfarm dan perubahan perilaku petani yang memiliki jumlah hitung sebesar 0.375, karena kemampuan petani dalam proses budidaya kopi mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pemupukan dll sudah dikatakan baik maka perubahan perilaku petani juga baik. Sedangkan pada subsistem hilir tidak terdapat hubungan pada susbsistem hilir dan perubahan perilaku yang memiliki jumlah hitung sebesar 0.235, karena rata-rata petani di UB Forest tidak ikut dalam peroses atau kegiatan subsistem hilir ini. Maka perubahan perilaku petani dikatakan rendah. Pada peran Penyuluhan Pertanian Lapang (PPL) sebagai pengajar dengan jumlah hitung sebesar 0.513 yang dinyatakan memiliki hubungan, karena PPL dikatakan mampu dalam memberi ilmu atau informasi kepada petani sehingga petani yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Peran PPL sebagai pemimpin dengan jumlah hitung sebesar 0.425 yang dinyatakan memiliki hubungan, karena penyuluh dapat bertanggung jawab dalam adanya kegiatan penyuluhan sehingga petani juga antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut. Peran PPL sebagai komunikator dengan jumlah hitung sebesar 0.319 yang dinyatakan tidak memiliki hubungan, karena penyuluh kurang dalam menyampaikan aspirasi atau keluhan masyarakat kepada pihak yang berwenang. Peran PPL sebagai motivator dengan jumlah hitung sebesar 0.704 yang dinyatakan memiliki hubungan, karena penyuluh dapat meberikan motivasi, dorongan kepada petani untuk terus melakukan budidaya kopi Arabika dengan baik agar hasil kopi yang diperoleh akan semakin meningkat. Perubahan perilaku petani pada pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan produktivitas dinyatakan memiliki hubungan, karena pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dikatakan baik, yang seharusnya produktivitas kopi meningkat, akan tetapi terkendala pada faktor dilapang seperti naungan yang terlalu.rapat.