Evaluasi Purna Huni Aksesibilitas Penyandang Disabilitas pada Bangunan Gedung Kuliah di Universitas Brawijaya
Main Author: | Nissa, Sisca Ainun |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173134/ |
Daftar Isi:
- Universitas Brawijaya (UB) merupakan salah satu pelopor Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia yang menerapkan kebijakan kampus inklusif. Kebijakan tersebut mulai diberlakukan pada tahun 2012. Keberadaan kebijakan ini otomatis menuntut pihak Universitas Brawijaya untuk menyediakan aksesibilitas yang ramah terhadap penyandang disabilitas. Contoh konkret dari penyediaan aksesibilitas ini adalah dengan dibangunnya beberapa bangunan gedung kuliah baru, tiga diantaranya adalah bangunan gedung FIA, bangunan gedung FILKOM, dan bangunan gedung FP. Secara teknis, standar terkait aksesibilitas ini tertuang pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung. Penelitian ini menggunakan bangunan gedung kuliah sebagai objek penelitian. Elemen yang diteliti dalam bangunan gedung kuliah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu hubungan horizontal, hubungan vertikal, serta prasarana dan sarana. Hubungan horizontal terdiri atas pintu, selasar, koridor, jalur pemandu, dan elevasi antar ruang. Hubungan vertikal terdiri atas tangga, ram, dan lif. Terakhir, prasarana dan sarana terdiri atas ruang ibadah, toilet, dan bak cuci tangan. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivisme dengan pendekatan deduktif. Strategi penelitian yang digunakan adalah survei ke lapangan melalui evaluasi aspek teknis dan evaluasi aspek fungsi. Hasil data dianalisis menggunakan metode statistik dan diinterpretasikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan prosentase kesesuain aksesibilitas penyandang disabilitas pada bangunan gedung kuliah di Universitas Brawijaya sebesar 41% untuk bangunan gedung FIA, 38% untuk bangunan gedung FILKOM, dan 43% untuk bangunan gedung FP. Dari elemen-elemen yang diteliti pada ketiga bangunan gedung kuliah, hanya elemen koridor yang memiliki kesesuaian sempurna, yaitu 100%. Di lain hal, elemen jalur pemandu dan elevasi antar ruang mendapatkan prosentasi 0% yang artinya tidak ada satu pun aspek yang sesuai dengan instrumen penelitian. Prosentase tersebut menunjukan lemahnya implementasi peraturan pemerintah sebagai acuan dalam membangun sebuah fasilitas publik. Dari sudut pandang penyandang disabilitas, ketidaksesuaian juga akan berdampak pada segi biaya, waktu, serta usaha jika tidak diperbaiki dalam jangka waktu yang lama.