Pengaruh Jarak Tanam Dan Model Tanam Cabai Merah (Capsicum Annum L.) Yang Ditumpangsarikan Dengan Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Pada Lahan Salin
Main Author: | Firdaus, Muhammad Jauhar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173091/1/MUHAMMAD%20JAUHAR%20FIRDAUS%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/173091/ |
Daftar Isi:
- Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L) ialah salah satu komoditas hortikultura yang dimanfaatkan buahnya. Cabai merah sangat digemari oleh masyarakat selain itu tanaman cabai merah memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman cabai merah dapat tumbuh baik pada media tanah yang memiliki drainase dan aerasi baik serta memiliki ketersediaan air yang cukup. Tanaman cabai menghendaki pH tanah netral berkisar 6-7 (Sumarni dan Muharam, 2005). Tanaman cabai merah dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain yang berbeda famili seperti tanaman bawang merah. Menurut Suwandi et al. (2003) Sistem tanam tumpangsari memiliki beberapa keuntungan antara lain efisiensi dalam pengolahan lahan akan meningkat, pemanfaatan ruang secara ekonomis, penggunaan pupuk lebih efisien, dapat menekan serangan hama dan penyakit, dapat menekan pertumbuhan gulma dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Peningkatan produksi tanaman cabai merah selain dengan cara intensifikasi juga dapat dilakukan dengan ekstensifikasi salah satunya adalah pemanfaatan lahan sub optimal seperti lahan salin. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2018 hingga April 2019 di Desa Sidomukti Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok. Penelitian ini terdiri dari 6 kombinasi sebagai berikut : P1: Tumpangsari cabai merah jarak tanam 60 x 50 cm dan bawang merah 1 baris antar barisan cabai merah, P2 : Tumpangsari cabai merah jarak tanam 60 x 50 cm dan bawang merah 2 baris antar barisan cabai merah, P3 : Tumpangsari cabai merah jarak tanam 60 x 50 cm dan bawang merah dalam barisan cabai merah, P4 : Tumpangsari cabai merah jarak tanam 60 x 40 cm dan bawang merah 1 baris antar barisan cabai merah, P5 : Tumpangsari cabai merah jarak tanam 60 x 40 cm dan bawang merah 2 baris antar barisan cabai merah dan P6 : Tumpangsari cabai merah jarak tanam 60 x 40 cm dan bawang merah dalam barisan cabai merah. Penelitian ini terdiri dari 6 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan.ii Dengan luasan lahan setiap satuan percobaan adalah 4 x 7,8 m. Pengamatan dilakukan pada tanaman cabai merah dan bawang merah. Pengamatan tanaman cabai merah dilakukan pengamatan parameter pertumbuhan dilakukan secara non destruktif sebanyak 5 kali yaitu 2, 4, 6, 8 dan 10 MST. Parameter yang digunakan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun. Sedangkan pada pengamatan bobot kering tajuk dan akar per tanaman dilakukan secara destruktif sebanyak 2 kali yaitu pada puncak fase vegetatif (8 MST) dan panen terakhir. Jumlah sampel yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu 4 tanaman. Pengamatan parameter hasil meliputi pengamatan jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot segar buah cabai merah per tanaman, bobot segar buah per buah, bobot segar buag cabai merah per petak panen dan bobot segar buah cabai merah per hektar. Pengamatan pada tanaman bawang merah meliputi pengamatan komponen hasil dan panen dilakukan dengan cara non destruktif pada pengamatan jumlah anakan dan dengan cara destruktif pada pengamatan bobot kering angin umbi per tanaman dan bobot kering angin umbi per hektar. Pengamatan dilakukan saat panen umur 8 MST. Pengamatan juga dilakukan pada pengamatan persentase intersepsi cahaya matahari dan pengamatan nisbah kesetaraan lahan. Data hasil pengamatan selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan dilakukan dengan uji F pada tingkat kesalahan 5 % untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Kemudian apabila terdapat perbedaan yang nyata dari perlakuan maka dilakukan uji ortogonal kontras taraf 5% dan 1%. Hasil menunjukkan bahwa adanya perbedaan respon dari tanaman yang diakibatkan kombinasi perlakuan jarak tanam dan model tanam. Perlakuan monokultur memiliki tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat kering, jumlah bunga dan buah lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari. Perlakuan tumpangsri terbaik adalah perlakuan tumpangsari cabai merah jarak tanam 60 x 40 cm dan tanaman sela 2 baris bawang merah (P5) yang memiliki tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, Perlakuan tumpangsari cabai merah dan tanaman sela bawang merah 2 baris antar barisan cabai merah (P2 dan P5) memiliki nilai NKL lebih dari satu yaitu sebesar 1,32 dan 1,41 yang menunjukkan perlakuan tumpangasri memberikan efek menguntungkan.