Respon Pertumbuhan Dan Kandungan Flavonoid Tanaman Bangun-Bangun (Plectranthus Amboinicus Lour.) Pada Berbagai Kerapatan Naungan Dan Dosis Pupuk Nitrogen

Main Author: Yuniarachma, Alifia
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/172992/1/ALIFIA%20YUNIARACHMA%20155040201111023.pdf
http://repository.ub.ac.id/172992/
Daftar Isi:
  • Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus Lour.) ialah tanaman herba yang memiliki manfaat sebagai antioksidan karena mengandung flavonoid (Santosa dan Hertiani, 2005). Manfaat bangun-bangun sebagai antioksidan dibutuhkan karena mampu mengobati penyakit Diabetes Melitus (DM). Namun, produksi bangunbangun yang relatif rendah membuat harganya di pasaran tinggi. Untuk memenuhi permintaan tersebut, maka dibutuhkan suatu proses budidaya yang optimal, salah satunya dengan pengaturan intensitas cahaya dan dosis pupuk nitrogen. Bangunbangun ialah tanaman yang toleran terhadap naungan. Menurut Aziz (2013) bangun-bangun baik tumbuh pada naungan 25%-60% dan pada intensitas cahaya tertentu dapat menimbulkan cekaman sehingga menghasilkan flavonoid. Selain naungan, dosis pupuk nitrogen (N) juga mempengaruhi pertumbuhan dan pada saat tercekam membentuk flavonoid, sehingga dibutuhkan penelitian mengenai kerapatan naungan dan dosis pupuk N yang sesuai untuk menghasilkan pertumbuhan dan flavonoid optimal pada tanaman bangun-bangun. Hipotesis pada penelitian ini yaitu perlakuan dosis pupuk N dan kerapatan naungan yang lebih tinggi akan menghasilkan pertumbuhan tanaman lebih baik atau dosis pupuk N dan kerapatan naungan lebih rendah akan menghasilkan kandungan flavonoid lebih tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Jatimulyo Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang terletak di Desa Jatimulyo. Pengujian kadar klorofil total dilaksanakan di lab. Fisiologi Tanaman. Pengujian jumlah stomata dilaksanakan di lab. Pemuliaan Tanaman dan uji flavonoid total dilaksanakan di lab. Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Penelitian lapang dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2019 dan penelitian di laboratorium dilaksanakan bulan Mei-Juni 2019. Alat yang digunakan yaitu polibag ukuran 35 x 35 cm, paranet 25%, paranet 50%, paranet 75%, luxmeter, leaf area meter, digital thickness gauge, cangkul, cetok, gunting, bambu, label, meteran, plastik, alat tulis, timbangan digital, amplop, oven, grinder, mortal pistil, fial fim, cuvet, sonikator, vorteks, botol laboratorium, tabung reaksi, gelas ukur, pipet, dan spektrofotometer uv-vis. Bahan yang digunakan yaitu bibit bangun-bangun umur + 30 hari, urea, pupuk SP36, pupuk KCl, tanah, sekam, pestisida nabati berbahan aktif Bacillus thuringiensis (Turex WP) dosis 2g/l, aquabides, aquades, etanol p.a, metanol p.a AlCl3, kuteks, selotip bening, dan kertas whatman. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Petak Terbagi (RPT). Faktor utama berupa perbedaan kerapatan naungan yaitu tanpa naungan (N0), naungan 25% (N1), naungan 50% (N2), dan naungan 75% (N3), sedangkan faktor kedua adalah perlakuan dosis pupuk N yang terdiri dari tanpa pupuk urea (P0), pupuk urea 100 kg/ha (P1), dan pupuk urea 235 kg/ha (P2). Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan perlakuan. Pengamatan dilakukan 1-7 mst untuk perlakuan non destruktif yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, luasii daun, tebal daun, dan intensitas cahaya. Sedangkan pengamatan destruktif berupa kadar klorofil total, kerapatan stomata, waktu panen, bobot segar total, bobot kering total, dan kadar total flavonoid. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam dan dilakukan uji F hitung, apabila terjadi pengaruh nyata maka dilanjutkan uji BNJ taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan pertumbuhan terdapat interaksi antara perlakuan kerapatan naungan dan dosis pupuk urea jika dilihat dari variabel jumlah daun, jumlah cabang, luas daun, tebal daun dan kadar klorofil total. Pada variabel jumlah daun, jumlah cabang, dan luas daun menunjukkan interaksi perlakuan tanpa naungan dan dosis urea 235 kg/ha memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lain, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa naungan dan dosis urea 100 kg/ha. Pada variabel tebal daun, interaksi tanpa naungan dan tanpa pupuk menghasilkan daun yang lebih tebal dibanding dengan perlakuan lain, meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa naungan dosis urea 100 kg/ha. Sedangkan pada variabel kadar klorofil total didapatkan nilai lebih tinggi pada interaksi kerapatan naungan 75% dan dosis urea 235 kg/ha meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kerapatan naungan 50% pada dosis urea 100 kg/ha dan 235 kg/ha. Pada pengamatan hasil tidak ditemukan interaksi antara perlakuan kerapatan naungan dan pupuk urea. Secara terpisah terdapat pengaruh kerapatan naungan dan dosis pupuk urea tanpa adanya interaksi pada variabel bobot segar total dan bobot kering total. Semakin tinggi kerapatan naungan dan dosis urea menghasilkan bobot segar dan bobot kering total lebih tinggi. Pada variabel kandungan flavonoid total, pemberian dosis urea 235 kg/ha memberikan presentase flavonoid lebih tinggi meskipun tidak berbeda nyata dengan pemberian dosis urea 100 kg/ha. Maka, berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perlakuan tanpa naungan dan dosis urea 100 kg/ha mampu memberikan hasil yang lebih optimal pada pertumbuhan dan kandungan flavonoid tanaman bangun-bangun.