Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Apel Agrowisata Dan Non Agrowisata Petik Apel (Studi Kasus Kelompok Tani Makmur Abadi Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu)

Main Author: Ditsiqa, Muhammad Salman
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/172980/1/MUHAMMAD%20SALMAN%20DITSIQA%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/172980/
Daftar Isi:
  • Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting dan menarik untuk dikembangkan di Indonesia. Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan wisata dalam sektor pertanian. Kombinasi antara kegiatan di sektor pertanian dan sektor pariwisata dapat diupayakan dengan kegiatan pariwisata berbasis pertanian yang biasa disebut dengan agrowisata. Agrowisata merupakan aktivitas wisata yang melibatkan penggunaan lahan pertanian yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Kota Batu merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak potensi wisata pertanian. Pembangunan tempat wisata di Kota Batu khususnya wisata petik buah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Salah satu contoh agrowisata yang berada di Kota Batu adalah wisata petik buah apel di Kelompok Tani Makmur Abadi. Agrowisata petik apel di KTMA dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani apel dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Tulungrejo. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui besarnya pendapatan dan perbedaan tingkat pendapatan antara petani agrowisata dan non agrowisata petik apel di KTMA (2) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani untuk bergabung dalam agrowisata di KTMA. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Berapa besarnya pendapatan dan perbedaan tingkat pendapatan antara petani agrowisata dan non agrowisata petik apel di KTMA. (2) Apasaja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani untuk bergabung dalam agrowisata di KTMA. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kelompok Tani Makmur Abadi yang berada di Desa Tulungrejo dengan pertimbangan Desa Tulungrejo merupakan salah satu desa sentra produksi apel di Kota Batu. Petani apel yang berada di KTMA dibagi menjadi dua kategori yaitu petani apel yang bergabung dalam agrowisata dan petani apel yang tidak bergabung dalam agrowisata. Penentuan responden pada petani agrowisata maupun petani non agrowisata menggunakan metode sensus, hal ini dikarenakan jumlah responden petani agrowisata yaitu 15 orang dan petani non agrowisata yaitu 23 orang. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif (untuk menghitung biaya, penerimaan dan pendapatan petani apel), serta untuk mengetahui beda pendapatan rata-rata digunakan analisis uji beda rata-rata, sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani bergabung di agrowisata apel menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian antara lain: (1) Rata-rata total biaya yang dikeluarkan petani agrowisata yaitu Rp 26.697.268/Ha/Tahun sedangkan petani non agrowisata yaitu Rp 22.248.781/Ha/Tahun, rata-rata penerimaan yang diterima petani agrowisata yaitu Rp 120.203.557/Ha/Tahun sedangkan petani non agrowisata yaitu Rp 63.756.657/Ha/Tahun, rata-rata pendapatan yang diterima petani agrowisata yaitu Rp 93.506.289/Ha/Tahun sedangkan petani non agrowisata yaitu Rp i41.507.875/Ha/Tahun. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata nilai thitung yaitu 3,307 > ttabel yaitu 2,024 dan tingkat kesalahan sebesar 0,002 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada rata-rata pendapatan petani agrowisata dengan petani non agrowisata. (2) Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan petani bergabung dengan agrowisata petik apel di KTMA yaitu usia, lama pendidikan, luas lahan dan frekuensi penyuluhan. Saran untuk pengelola agrowisata dan pemerintah daerah, yaitu: (1) pemerintah setempat dapat lebih banyak memfasilitasi pengembangan kegiatan agrowisata beserta usahatani apel di KTMA agar kegiatan agrowisata dapatkan lebih banyak lagi dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat. (2) Disarankan kepada petani yang tidak mengikuti agrowisata untuk dapat memperbanyak mengikuti seminar, pelatihan maupun penyuluhan. Hal ini dikarenakan peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani dapat meningkatkan wawasan petani terkait hal yang berhubungan dengan pengelolaan usahataninya. (3) Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel lain yang memengaruhi pengambilan keputusan petani bergabung di agrowisata sehingga nilai Nagelkerke 2 dapat lebih tinggi.