Pengaturan Jarak Tanam Pada Berbagai Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jahe Emprit (Zingiber Officinale Var Amarum)

Main Author: Mursid, Mohammad
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/172930/1/MOHAMMAD%20MURSID%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/172930/
Daftar Isi:
  • Di Indonesia terdapat tiga jenis yaitu jahe putih besar atau dikenal sebagai jahe gajah, tanaman jahe putih kecil atau jahe emprit, dan jahe merah. Produksi jahe menurut badan pusat statistik pertanian tahun 2018, mulai tahun 2013 hingga 2017 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 produksi jahe nasional mencapai sebanyak 155 ribu ton dan terus meningkat hingga menjadi 340 ribu ton, sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan produksi dengan total produksi 216 ribu ton pada tahun 2016. Sementara itu, peningkatan jahe dalam negeri maupun ekspor terus mengalami peningkatan. Peningkatan permintaan jahe nasional rata-rata mencapai 2,91% per tahun, sedangkan permintaan ekspor melonjak hingga 8,6% per tahun, oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas jahe. Produktivitas tanaman jahe dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu jarak tanam dan tingkat naungan. Hasil survei pada petani jahe di beberapa kabupaten di Jawa Timur mengenai adanya kecenderungan petani menanam jahe di bawah tegakan pohon dengan jarak tanam yang tidak diperhatikan. Jarak yang digunakan petani beragam mulai dari ukuran rapat (20x30-20x50 cm) hingga jarak tanam yang lebar 40x50-50x100 cm (Azizah et al., 2018). Pengaturan jarak tanam penting untuk mendukung budidaya jehe, terutama penanaman dibawah naungan. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman terutama dalam efisiensi penggunaan intensitas cahaya. Semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi pula populasi tanaman sehingga kompetisi antar tanaman dalam menyerapan unsur hara juga meningkat. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat pada berbagai tingkat naungan untuk pertumbuhan dan produksi jahe emprit. Penelitian ini dilaksanakan pada musim hujan hingga awal musim kemarau, yaitu bulan Desember 2018-Juni 2019 di Dusun Sumbersari Desa Tawang Argo kawasan UB forest Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Rancagan penelitian yang digunakan ialah Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan petak utama (main plot) adalah naungan yang terdiri dari 4 taraf yaitu: Tanpa naungan (N0); Naungan 25% (N1); Naungan 50% (N2); Naungan 75% (N3). Anak petak terdiri atas beberapa jarak tanam yaitu : J1: Jarak tanam 40x60 cm ; J2: Jarak tanam 30x50 cm; J3: Jarak tanam 20x40 cm. Variabel pengamatan terdiri atas pengamatan pertumbuhan dan pengamatan panen. Pengamatan pertumbuhan terdiri dari tinggi tanaman, jumlah batang, jumlah daun, luas daun dan klorofil tanaman. Parameter hasil meliputi diameter rimpang, panjang rimpang, bobot basah rimpang, bobot kering rimpang, bobot rimpang per petak panen dan bobot rimpang per hektar. Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F) pada tingkat kesalahan 5%, dan apabila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan BNJ pada tingkat 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan tingkat naungan dan jarak tanam berintraksi pada variabel jumlah daun, panjang rimpang, jumlah ruas rimpang, bobot basah rimpang per tanaman, dan bobot rimpang per hektar, sedangkan tingkat naungan dan jarak tanam tidak ber intraksi pada variabel pengamatan tinggi tanaman, luas daun, jumlah anakan, dan jumlah klorofil. Jahe emprit yang ditanamii dibawah naungan 25% hingga 50% dengan jarak tanam lebar menghasilkan rimpang yang paling panjang, jumlah ruas paling banyak, bobot segar yang paling tinggi dan hasil rimpang per hektar yang paling optimal mencapai 8-11 ton ha- 1,dibandingkan dengan jarak tanam sedang (30x50 cm) maupun sempit (20x40 cm), sedangkan budidaya tanpa naungan maupun penambahan naungan hingga 75% dapat menurunkan hasil rimpang hingga 50%