Analisis Risiko Operasional Dengan Metode FMEA dan RCA (Studi Observasional di Area Container Yard PT Terminal Teluk Lamong)
Main Author: | Lestari, Dinda Gandi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/172820/ |
Daftar Isi:
- PT Terminal Teluk Lamong anak perusahaan dari PT Pelabuhan Indonesia III (persero) bergerak di bidang logistik pelayanan jasa bongkar muat peti kemas dan curah kering. Perusahaan ini memiliki beberapa area, salah satunya adalah container yard. Container yard (CY) merupakan lapangan penumpukan peti kemas, berisiko tinggi yang dapat merugikan proses bisnis hingga membahayakan keselamatan manusia. CY operasionalnya sudah otomatis dan bergantung dengan sistem yang bernama Terminal Operation System (TOS) dan tingkat mobilitasnya tinggi. Oleh karena itu tujuan penelitian ini untuk menganalisis risiko operasional di area container yard PT Terminal Teluk Lamong sehingga dapat mengetahui perbaikan yang diperlukan dari permasalahan ini. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dengan metode Failure Mode and Effect Analysis dan Root Cause Analysis. Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dan diskusi dengan keyperson serta data nilai severity, occurance, dan detection risiko operasional. Sedangkan data sekunder berupa profil perusahaan, kegiatan operasional, jumlah peti kemas perusahaan tahun 2015-2017, data perkembangan bongkar muat barang tahun 2002-2016, dan data persentase penyebab kegagalan di CY tahun 2017. Kemudian dilakukan pengolahan data yang terbagi menjadi empat tahap. Pertama, identifikasi risiko proses operasional di area CY berdasarkan alur proses. Kedua, analisis risiko dengan Failure Mode and Effect Analysis. Ketiga, analisis akar penyebab risiko kritis dengan Root Cause Analysis dengan 5-why. Keempat, mitigasi risiko kritis. Penelitian ini menunjukkan total risiko yang teridentifikasi ada 22 risiko. Kemudian didapatkan 15 risiko kritis bedasarkan prinsip pareto. Risiko kritis yang memiliki nilai RPN tertinggi adalah (R12) operator ASC tidak segera menghentikan proses operasional saat kecepatan angin>18 m/s. Sedangkan risiko kritis yang memiliki nilai RPN terendah adalah (R9) risiko sistem Terminal Operating System down. Rekomendasi yang diberikan untuk risiko kritis yang memiliki RPN tertinggi adalah membuat warning light, melakukan briefing kerja secara rutin tiap sebelum dan sesudah shift kerja, pelatihan khusus pekerja secara berkala, dibuat safety sign, dan dibuat surat pernyataan kepada customer. Saran yang diberikan yaitu perusahaan diharapkan dapat menerapkan rekomendasi perbaikan yang telah diusulkan, rutin melakukan pencatatan setiap permasalahan, serta untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah metode lain agar lebih baik lagi dan dilakukan penelitian analisis risiko perusahaan untuk ruang lingkup yang lebih luas.