Pengaruh Jumlah dan Frekuensi Pemberian Air pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Varietas Granola

Main Author: Zulfahmi, Hafizh
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/172751/
Daftar Isi:
  • Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Saat ini kegunaan umbinya semakin banyak dan mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kondisi iklim yang semakin sulit diprediksi dan semakin berkembangnya jumlah penduduk dunia menyebabkan sulitnya terjadi keseimbangan antara ketersediaan bahan pangan dan permintaannya. Krisis pangan tersebut memicu berbagai negara untuk mulai mempertimbangkan berbagai bahan pangan alternatif, terutama bahan pangan berbasis karbohidrat. Kemudian saat ini di Indonesia sedang mengalami anomali iklim, dimana musim tidak tentu antara bulan basah dan bulan kering. Sedangkan untuk menghadapi hal tersebut maka harus diketahui jumlah dan frekuensi air yang tepat bagi tanaman. Tanaman kentang umumnya ditanam pada bulan basah yaitu pada awal musim penghujan, sehingga hanya tersedia pada musim tertentu. Petani jarang sekali menanam tanaman kentang pada musim kemarau, karena rendahnya tingkat ketersediaan air tanah. penyiraman dilakukan untuk mempertahankan kelembaban tanah sehingga penyerapan hara dari tanah oleh akar tanaman dapat berjalan dengan lancar (Winarto dan Subakti, 2003). Kekurangan air pada tanaman mengakibatkan terganggunya aktivitas morfologis dan fisiologis, sehingga terhentinya pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kelebihan air pada tanaman dapat menyebabkan menurunnya suplai oksigen pada daerah perakaran tanaman sehingga tanaman sulit untuk berkembang. Diharapkan melalui percobaan ini dapat diperoleh informasi yang baik tentang jumlah dan frekuensi pemberian air pada tanaman kentang, sehingga efisiensi penggunaan air serta produksi kentang dapat ditingkatkan. Penelitian dilakukan di rumah kaca pada bulan April sampai dengan Juli 2018, di Agro Techno Park Universitas Brawijaya, di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Terletak pada ketinggian 1609 m di atas pemukaan laut, dengan suhu udara rata-rata 18 °C. Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi: polibag 7 kg, cangkul, sekop, ember, handsprayer, gelas ukur untuk mengukur volume pemberian air, alat ukur meteran/penggaris, label, timbangan analitik, soil moisture tester, thermometer, LAM (Leaf Area Meter), ayakan 2 mm, hygrometer, oven, kalkulator, kamera, dan alat tulis. dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bibit kentang varietas granola dan tanah sebagai media tanamnya. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan jumlah pemberian air sebagai petak utama (J), terdiri dari tiga (3) taraf yakni; J1 : 300 mm/ musim tanam; J2 : 600 mm/ musim tanam; J3 : 900 mm/ musim tanam. Dan untuk frekuensi pemberian air sebagai anak petak (F) terdiri dari 3 macam yaitu; F1 : sehari sekali; F2 : dua hari sekali; F3 : tiga hari sekali. Masing – masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 27 unit kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 16 tanaman contoh. Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan mengambil 2 tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 25 hst, 50 hst, 75 hst, dan 100 hst, pengamatan meliputi komponen pertumbuhan, komponen hasil, analisis pertumbuhan tanaman dan lingkungan mikro tanaman. Apabila terdapat interaksi maupun pengaruh nyata dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan denga menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi nyata antara jumlah dan frekuensi pemberian air pada komponen lingkungan mikro yang meliputi : suhu tanah minimum pada umur pengamatan 25 hst, suhu tanah maksimum pada umur pengamatan 25 hst, kelembaban tanah maksimum pada umur pengamatan 75 hst dan 100 hst, dan kelembaban tanah minimum pada umur pengamatan 25 hst. Kemudian pada komponen pertumbuhan tanaman yang meliputi : panjang akar pada umur pengamatan 75 hst, berat segar akar pada umur pengamatan 75 hst, berat kering akar pada umur pengamatan 100 hst, luas daun pada umur pengamatan 100 hst, dan berat kering total tanaman pada umur pengamatan 100 hst. Interaksi yang terjadi pada berat umbi pada umur 120 hst menunjukkan adanya interaksi antara berbagai jumlah dan frekuensi pemberian air. Pada hasil penelitian ini, tanaman kentang yang diairi sebanyak 900 mm/musim dengan frekuensi pemberian air satu hari sekali, menunjukkan hasil yang paling tinggi pada seluruh komponen pertumbuhan dan hasil.