Studi Perbandingan Beberapa Metode Pemetaan Bahaya Tanah Longsor di DAS Mikro Bangsri, Kabupaten Malang
Main Author: | Baha’illah, Muhammad Dani |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/172730/ |
Daftar Isi:
- Tanah longsor adalah jenis bencana alam yang umumnya terjadi di wilayah pegunungan (mountainous area) yang dapat menyebabkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan juga dapat menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana yang berdampak pada kondisi sosial masyarakat. DAS Mikro Bangsri terletak di lereng tengah dan lereng bawah Gunung Semeru yang memiliki relief bergunung, berbukit dan dataran bergelombang serta kemiringan lereng yang landai hingga terjal. Lereng yang terjal pada DAS Mikro Bangsri berpotensi mengalami longsor. Mengingat bahaya longsor yang mengancam, maka diperlukan metode pendugaan bahaya tanah longsor yang tepat dan akurat untuk bisa memprediksi bahaya tanah longsor. Banyak macam metode pendugaan longsor yang telah dibuat dan setiap metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Beberapa metode tersebut antara lain: (1) Metode bahaya tanah longsor oleh Kementerian Kehutanan; (2) Metode bahaya tanah longsor oleh PVMBG dan (3) Metode bahaya tanah longsor oleh Balai Penelitian Geomatika. Penelitian dilaksanakan di DAS Mikro Bangsri, Kabupaten Malang mulai dari bulan Juni tahun 2018 hingga bulan Mei tahun 2019. Semua data diperoleh dari data sekunder dan survei lapangan, selanjutnya dilakukan proses analisis data sehingga menjadi tiga peta pendugaan bahaya longsor yang berbeda. Tiga peta tersebut dilakukan uji validasi untuk mengetahui akurasi dari tiga metode berbeda dengan menggunakan confusion matrix. Berdasarkan hasil uji validasi, didapatkan bahwa koefisien Kappa (K) pada metode Kementerian Kehutanan adalah yang terbaik (0,542) dibandingkan dengan PVMBG (0,460) dan Balai Penelitian Geomatika (0,421). Meskipun metode Kementerian Kehutanan lebih baik, tetapi masih belum bisa diterapkan karena nilai koefisien Kappa (K) masih rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi. Hasil dari modifikasi diperoleh nilai koefisien Kappa (K) 0,780. Berdasarkan modifikasi tersebut, dihasilkan tiga kelas bahaya longsor yaitu kelas bahaya Rendah (1868 ha), Sedang (898 ha) dan Tinggi (219 ha).