Penerapan Metode Six Sigma Sebagai Upaya Meminimasi Defect Produksi Garam Briket di UD. Podo Seneng

Main Author: Saidah, Nisaun
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/172652/
Daftar Isi:
  • UD. Podo Seneng merupakan industri yang memproduksi garam. Garam yang di produksi yaitu garam halus, garam briket, dan garam grasak. Dalam proses produksinya masih terdapat permasalahan. Permasalahan yang terjadi yaitu masih tingginya persentase cacat pada garam briket. Hasil identifikasi awal terdapat 2 variasi cacat yaitu garam cacat bentuk dan cacat warna. Produk cacat hanya dicatat saja tanpa dilakukannya perbaikan, oleh karena itu analisis penyebab terjadinya produk cacat dan pengendalian kualitas belum maksimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab terjadinya produk cacat sehingga dapat memberikan rekomendasi perbaikan untuk menurunkan jumlah produk cacat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Six Sigma. Six Sigma merupakan metode perbaikan kualitas dengan target 3,4 Defect Per Million Opportunity. Six Sigma terdiri dari tahap define, measure, analyze, improve dan control (DMAIC). Pada penelitian ini hanya sebatas sampai tahap improve. Tahap define yaitu mengidentifikasi permasalahan yang terjadi menggunakan Critical to Quality (CTQ). Tahap measure yaitu mengukur tingkat kinerja saat ini menggunakan peta kendali P, DPMO, level sigma, kapabilitas proses (Cp) dan menghitung biaya kegagalan internal. Tahap analyze yaitu menganalisis penyebab terjadinya permasalahan menggunakan fishbone diagram dan mengetahui penyebab yang paling potensial sehingga dijadikan prioritas perbaikan menggunakan Failure Modes and Effect Anylsis (FMEA). Pada tahap improve diberikan rekomendasi perbaikan untuk menurunkan cacat produk menggunakan kaizen (5S), Checklist Sheet, Poka Yoke dan Stopwatch Time Study. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, cacat bentuk memiliki Critical to Quality (CTQ) yaitu garam presisi kotak dan keras. Cacat warna memiliki CTQ yaitu garam tidak berwarna coklat kehitaman. Nilai DPMO sebesar 90.210,86, level sigma sebesar 2,839, dan kapabilitas proses (Cp) sebesar 0,946. Berdasarkan perhitungan biaya kegagalan internal, perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 12.788.860. Penyebab terjadinya cacat berdasarkan fishbone diagram yaitu untuk cacat bentuk dipengaruhi oleh faktor manusia, mesin, dan metode. Cacat warna dipengaruhi oleh faktor manusia, mesin, metode, dan material. Penyebab terjadinya cacat yang paling potensial berdasarkan FMEA untuk cacat bentuk yaitu loyang tipis dan lentur, skill operator kurang, serta kesalahan pemindahan garam. Cacat warna disebabkan oleh penghantar panas kurang merata, kurang memantau proses pengovenan, serta peletakan dan pengambilan tidak First In First Out (FIFO). Terdapat 7 rekomendasi perbaikan yaitu mengganti loyang yang tipis dan lentur serta melakukan perawatan loyang berdasarkan metode 5S, melakukan pelatihan operator, membuat rancangan SOP metode pengovenan, membuat rancangan job description operator pengovenan, menentukan jumlah operator pengovenan, menambahkan Jig and Fixture pada proses pencetakan, dan menambahkan pembanding warna kematangan garam (prototype).