Model Pelestarian Kearifan Lokal Suku Dayak Berbasis Modal Sosial Di Desa Ensaid Panjang Kabupaten Sintang
Main Author: | Sobian, Pether |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/172615/ |
Daftar Isi:
- Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan modal sosial yang meliputi; jaringan, resiprocity (timbal balik), kepercayaan, norma sosial dan nilai-nilai tradisi atau budaya suku Dayak di desa Ensaid Panjang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Ensaid Panjang yang merupakan satu-satunya desa yang secara konsisten masih memelihara tradisi atau budaya suku Dayak dalam kesehariannya. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan data primer, yaitu data yang diperoleh dari lapangan dan dari hasil wawancara mendalam, serta data sekunder yang diperoleh dari arsip desa Ensaid Panjang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kata purposive berarti sengaja. Jadi purposive sampling artinya, teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi, sampel diambil tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti. Peneliti menetapkan sendiri ciri-ciri sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab masalah penelitian. Sumber atau informan dalam penelitian ini terdiri dari warga desa Ensaid Panjang, pengurus adat diberbagai tingkatan, pengurus rumah betang (orang yang di tuakan di betang panjang), pengurus desa dan dusun serta para pengrajin tenun desa Ensaid Panjang. Teknik validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data terdiri dari pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1). Aspek kehidupan tradisional yang unik dan budaya di desa Ensaid Panjang masih dipelihara dan dijaga oleh masyarakat setempat dengan baik sebagai sebuah identitas dan kekayaan yang diturunkan dari nenek moyang mereka. 2). Faktor-faktor internal dan eksternal adalah faktor-faktor yang berkontribusi dalam memberikan dinamika atau perubahan bahkan mengikis kehidupan tradisional dan budaya di Ensaid Panjang. 3). Unsur-unsur modal sosial; kepercayaan (trust, belief dan faith), norma-norma dan jejaring adalah basis kehidupan tradisional dan budaya setempat yang terancam eksistensinya oleh faktor-faktor internal dan ekternal, oleh karenanya perlu diperkuat agar kehidupan tradisional yang unik dan budaya setempat tetap terjaga dan lestari. 4). Model pelestarian dari kehidupan tradisional dan budaya perlu disiapkan agar dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan dalam semangat pelestarian budaya. Tujuannya adalah untuk menghidupkan, menguatkan dan melestarikan semua unsur modal sosial yang ada sehingga menjadi kekuatan dan basis lestarinya sebuah kebudayaan. Modal sosial yang menjadi kekuatan masyarakat Dayak Ensaid Panjang adalah; Pertama, gotong royong yang dikenal dalam bahasa Dayak beduruq. Kedua, saling berbagi kebaikan. Masyarakat mempraktekan berbagai kebaikan dengan memberikan secara cuma-cuma hasil buruannya kepada semua keluarga yang ada di bilik rumah bentang secara merata dan adil. Ketiga, saling menghormati dan menghargai. Sikap menghormati dan menghargai satu dengan yang lain sangat baik diperlihatkan di rumah betang. Penghargaan tidak hanya diberikan oleh kaum ‘muda’ kepada mereka yang lebih tua, tetapi juga sebaliknya. Keempat, bertata krama. Tata krama atau adat sopan santun yang mengatur tutur kata, prilaku dan pergaulan masyarakat Dayak Ensaid Panjang sangat dijunjung tinggi. Kelima, harmoni. Masyarakat Ensaid Panjang adalah masyarakat yang harmoni dan mampu menjaga dan menciptakan damai. Harmoni dengan sesama sukunya dan harmoni dengan masyarakat transmigran yang juga hidup bersama-sama dengan masyarakat Dayak didaerah ini. Faktor internal dan eksternal yang mengikis kearifan lokal masyarakat Dayak di desa ini adalah; Pertama, interaksi masyarakat yang sudah semakin berdinamika seiring bertambahnya jumlah penduduk. Interaksi sosial masyarakat dari berbagai pendidikan, pengalaman, dan kepentingan. Kedua, Berdinamikanya saling percaya dan keyakinan sehingga memunculkan sudut pandang yang berbeda dalam melihat dan memahami realita. Ketiga, berkembangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang berpengaruh pada kritik terhadap relevansi norma dan adat mali yang selama ini dipegang teguh oleh masyarakat Dayak. Keempat, meluasnya jaringan masyarakat yang memunculkan perubahan pengetahuan, pengalaman dan akses kepada informasi. Kelima, masuknya agama-agama modern, teknologi, berbagai pembangunan fisik dan non fisik, bertambahnya jumlah anggota masyarakat yang terdidik dan faktor ekonomi adalah faktor luar yang mengikis kearifan lokal masyarakat Dayak di desa ini.