Imah Gede dalam Perannya sebagai Communal Space pada Masyarakat Budaya Padi di Kasepuhan Ciptagelar
Main Author: | Rahmaningrum, Dinny |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/171572/ |
Daftar Isi:
- Kesatuan Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar merupakan komunitas masyarakat adat. Komunitas ini menjalankan tatanan kehidupannya berbasis pada budaya padi. Mereka mempercayai bahwa entitas padi memiliki jiwa dan roh layaknya manusia. Menjadi komunitas adat, tentu identik dengan kegiatan bersama yang dilakukan secara berulang, turun-temurun dari generasi ke generasi pada suatu wilayah tertentu. Kebutuhan ruang komunal menjadi hal wajib yang harus ada dalam setiap ritual yang dijalankan baik di luar maupun di dalam bangunan. Imah Gede adalah salah satu fasilitas terjadinya ruang komunal di dalam bangunan. Imah gede merupakan bangunan adat komunitas Ciptagelar yang terdiri dari beberapa fungsi dan ruang, antara lain goah, pangcalikan dan Tihang Awi yang merupakan sebuah kesatuan bangunan adat. Penelitian ini berfokus pada goah Imah Gede yang memiliki kecenderung besar membentuk ruang komunal dari beragam pelaku dan aktivitas dalam satuan waktu yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran Imah Gede khususnya goah sebagai communal space pada komunitas Ciptagelar dan mendeskripsikan interaksi yang terjadi dari setiap elemen pembentuk ruang berdasarkan kegiatan rutin dan ritual. Metode yang digunakan yaitu kualitatif-induktif dengan paradigma partisipatoris dengan cara terlibat langsung dan menjadi bagian dari penelitian. Data dihimpun berdasarkan maksimalisasi informasi dari responden dan keyperson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, ruang komunal dalam goah Imah Gede terbentuk berdasarkan beberapa faktor, yaitu (a) dasar kepercayaan; (b) tipologi ruang; (c) personal space; (d) latar belakang interaksi; (e) kedudukan gender; (f) aktivitas rutin dan ritual; serta (g) kinship. Kedua, interaksi yang mendasari terbentuknya ruang komunal terbagi berdasarkan titipan adat yang telah diamahkan sehingga terbentuk ruang komunal petugas menanak nasi, petugas memasak lauk, dan pengunjung. Interaksi ini menjadi unik karena selain interaksi secara fisik, visual, dan verbal terdapat pula interaksisenyap pada peristiwa nyangu-nganyaran.