Pengaruh Elemen Selubung Tembus Cahaya Terhadap Lingkungan Termal Pada Cg Artspace Di Jakarta Selatan

Main Author: Iftinan, Nadya
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/171263/
Daftar Isi:
  • Indonesia merupakan negara beriklim tropis lembab yang identik dengan keadaan suhu panas. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh tingkat radiasi matahari, kondisi geografis, kelembaban, dan kecepatan udara, sehingga bangunan di iklim tropis lembab harus tanggap dalam mengurangi perolehan panas radiasi matahari, meningkatkan pendingan secara pasif, dan optimasi sistem penghawaan alami. Bagian pada bangunan yang terkena dampak langsung dari perpindahan panas tersebut adalah material. Material memiliki nilai transmisi panas berbeda, material tembus cahaya memiliki nilai transmisi panas paling tinggi dibandingkan material solid. Terdapat teori yang baik dalam penggunaan kaca untuk memanfaatkan view dan memberikan lingkungan termal yang nyaman yakni rasio 20% - 30% dari luas dinding. Jenis kaca insulated glass unit dengan low E dan argon gas dapat membantu menurunkan transmisi panas. Letak kaca pada iklim tropis lembab sisi yang harus dihindari adalah sisi barat dan yang baik sisi selatan dan tenggara. Terdapat bangunan yang memiliki konsep keterbukaan dengan penggunaan kaca pada ketiga sisi pada tiap lantai dengan rasio ±100%, serta menggunkaan kaca jenis double glass with air cavity dan single glass. Selubung transparan yang luas dapat mentransmisikan panas semakin besar pula ke dalam ruangan. Sehingga perlu diteliti lebih lanjut kondisi lingkungan termal pada bangunan CG Art Space. Secara lebih luas, penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan apakah memungkinkan secara termal untuk menggunakan selubung kaca pada ketiga sisi dengan rasio yang besar pada bangunan di iklim tropis. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dengan melakukan analisis dan sintesis dari hasil pengumpulan data primer dan sekunder. Variabel terikat pada penelitian ini adalah temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan udara, dengan variabel bebasnya adalah jenis material kaca, ketebalan kaca, dan nilai U Value. Hasil pengumpulan data primer yakni dengan observasi dan pengukuran kondisi fisik dan lingkungan termal dengan alat thermometer hygrometer, anemometer hot wire, dan meteran laser. Pengukuran lingkungan termal dilakukan pada tanggal 30 Maret 2019, pada pagi pukul 09.00 – 10.00, siang pukul 13.00 – 14.00, dan sore pukul 16.00 – 17.00 dengan titik ukur tiap lantai pada ketiga sisi ruang yang menggunakan kaca dari luar bangunan hingga ke tengah ruang. Pengukuran kondisi fisik untuk didapatkan dimensi ruang, selubung, bukaan, dan keseluruhan bangungan untuk permodelan 3D. Kemudian hasil data primer yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan data sekunder berupa tinjauan pustaka sebagai acuan, setalah itu baru dilakukan sintesis dengan simulasi. Hasil pengukuran lingkungan termal pada tiap ruang yang diteliti menunjukan bahwa Kelembaban udara mencapai standar untuk rata – rata tiap tiap titik dari keseluruhan waktu, tetapi pada pagi hari melebihi standar. Terdapat kecepatan udara pada siang dan sore hari, yang mencapai standar hanya pada sore hari dari hasil rata – rata tiap titik dibeberapa ruang dan tidak sampai ketengah ruang. Temperatur udara ruang berada diatas standar dari rata – rata tiap titik pada tiap waktunya berkisar antara 31.3 ̊C – 35.47 ̊C. Pada penelitian ditemukan bahwa ruang yang memiliki nilai WWR tinggi (mendekati ±100%), jika letak ruang dan lantai, bukaan dan pembayangan baik dapat membantu menurunkan temperatur udara lebih baik dibandingkan dengan rasio kaca rendah (20% -30%) namun tidak terdapat pergerakan udara di dalam ruang, didukung berdasarkan SNI 03-6572-2001 bahwa temperatur yang tinggi membutuhkan pergerakan udara dan pelepasan kalor yang tinggi, maka penggunaan material kaca dengan rasio besar di ketiga sisinya pada rumah tinggal di iklim tropis lembab tidak maksimal karena memiliki pengaruh besar terhadap perpindahan panas tiap sisinya yang mengakibatkan temperatur tinggi. Untuk memaksimalkan penggunaan kaca dengan rasio besar di ketiga sisinya pada rumah tinggal di iklim tropis lembab dari hasil sintesis data dengan rekomendasi dari 4 alternatif insulated glass unit dengan jenis double insulated glass low E with argon gas (4 mm – 20 mm – 4 mm) yang paling baik dalam membantu menurunkan temperatur udara eksisting mencapai 0.46 ̊C - 2.79 ̊C dan mencapai standar pada pagi hari kecuali pada ruang guest bedroom. Kondisi tersebut dapat lebih baik jika ditambah dengan kondisi bukaan dan pembayangan yang baik dalam memberikan penghawaan alami untuk mencapai standar kenyamanan.