Makna Praktik Persepuluhan (Studi Interaksionisme Simbolik pada Jemaat Gereja GPdI (Gereja Pantekosta di Indonesia) Gloria Dinoyo Malang)

Main Author: Bolang, Giovanno Yohanes Christianus
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/171250/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini membahas mengenai praktik persepuluhan pada jemaat Gereja GPdI Gloria Dinoyo Malang. Selain itu didalam penelitian ini juga membahas mengenai pemahaman Jemaat mengenai ajaran persepuluhan, alasan mengapa jemaat Gereja GPdI Gloria Dinoyo Malang memberikan pemberian persepuluhan dan alasan tidak memberikan persembahan persepuluhan, fungsi Persembahan Persepuluhan menurut Jemaat dan efek ketika memberikan atau tidak memberikan persembahan persepuluhan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan secara mendalam pada data temuan yang sesuai dengan fakta dilokasi penelitian serta menggunakan pendekatan fenomenologi yang model analisis nantinya menggunakan model analisis interaksionisme simbolik dengan tujuan bahwa interaksionisme simbolik berasumsi bahwa manusia dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman. Persepsi orang lalu diterjemahkan dalam simbol – simbol. Persembahan Persepuluhan adalah kaidah atau norma persembahan manusia kepada Tuhan, sebagai jumlah minimal yaitu sepuluh persen dari penghasilan, yang boleh dan wajib diberikan kepada Tuhan (Patty & Irianto, 2013). Gereja GPdI Gloria Dinoyo Malang mempunyai cara pandang mengenai pemberian persepuluhan, bahwa pemberian Persepuluhan yang selama ini diajarkan oleh pendeta Gereja GPdI Gloria Dinoyo Malang kepada Jemaatnya adalah ketika jemaat memberikan persepuluhan, jemaat harus memaknainya sebagai salah satu bentuk ucapan syukur manusia kepada Tuhan, karena Tuhan sudah memberikan segalanya dan manusia harus memberikan kepada Tuhan dalam bentuk mengasihiNya, tetapi pada hasil penelitian mengenai makna persepuluhan yang dipahami oleh jemaat Gereja GPdI Gloria Dinoyo Malang adalah bermacam – macam. Pada berbagai macam makna tersebut, Persembahan Persepuluhan yang sudah diajarkan dimaknai sebagai kewajiban, sebagai pendorong kekayaan Pendeta dalam materi, dan sebagai biaya Operasional Gereja. Dari makna itulah, peneliti dapat menyimpulkan bahwa makna yang disampaikan oleh para jemaat, secara tidak langsung pola pikir mereka telah dikontrol dengan doktrin yang dilapisi agama atau doktrin kekristenan dan doktrin yang bersifat pragmatis. Agar mereka dapat melakukan ritus keagamaan dan tidak melakukan ritus keagamaan yaitu Persembahan Persepuluhan.