Pengaruh Desain Fasad Bangunan Terhadap Kinerja Pendinginan Alami Pada Rumah Tradisional Suku Bugis (Studi Kasus: Desa Mattiro Ade Kab. Pinrang Sulawesi Selatan)
Main Author: | Rahmah, Nur |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/171166/ |
Daftar Isi:
- Perubahan iklim menjadi isu lingkungan yang ditandai oleh peningkatan suhu bumi yang disebabkan oleh pemanasan global. Pengaruh iklim pada arsitektur bangunan dapat dilihat dari segi bentuk dan bahan bangunan. Arsitektur bangunan yang menyesuaikan diri dengan alam dan iklim sangat banyak dijumpai di Indonesia salah satunya adalah rumah tradisional suku bugis yang berada di Desa Mattiro ade kab. Pinrang provinsi Sulawesi selatan. Rumah tradisional tersebut mampu memberikan kenyamanan termal kepada penghuninya dengan sistem pendinginan alami melalui pendekatan desain fasad yang selaras dengan kondisi iklim setempat. Pada penelitian ini dipilih dua sampel rumah yang mewakili rumah tradisional lama dan rumah tradisional modern. Pengaruh desain fasad bangunan terhadap kinerja pendinginan alami pada rumah tradisional suku bugis pada penelitian ini dianalisis dengan cara menggunakan metode kualitatif-kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif dilakukan untuk menganalisis visual kedua rumah dengan menggunakan arsitektur tropis nusantara sebagai kriteria penilaian. Selanjutnya, pendekatan evaluatif dilakukan dengan cara melakukan pengukuran lapangan kemudian membandingkan suhu dan kelembaban pada kedua rumah. Selain itu, juga dilakukan simulasi eksperimental dengan bantuan software Ecotect Analysis 2011 untuk melakukan validasi dan simulasi modifikasi desain fasad bangunan untuk meningkatkan kinerja pendinginan alami pada rumah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan rumah Lammada dengan desain fasad lebih sesuai dengan kriteria arsitektur tropis nusantara cenderung lebih responsif terhadap iklim dan memiliki kinerja pendinginan alami yang lebih baik. Rumah Lammada dengan volume atap besar (159,3 m3) mampu mendinginkan udara dalam atap hingga rata-rata -0,5°C sedangkan Rumah Jida dengan volume atap kecil (71,9 m3) hanya -0,4°C. Ruang tamu kedua rumah hanya mampu mendinginkan suhu udara dengan rata-rata -0,1°C. Kamar Rumah Lammada dengan dinding bambu dan jendela void mampu mendinginkan suhu udara dengan selisish rata-rata mencapai -0,8°C sedangkan kamar Rumah Jida dengan dinding kayu dan jendela kaca hanya - 0,1°C. Kinerja pendinginan alami pada kaki kedua rumah yang berfungsi sebagai gudang juga dibandingkan hasilnya menunjukkan kedua gudang pada objek penelitian mampu mendinginkan suhu udara dengan selisih rata-rata mencapai -1,4°C. Hasil analisis visual dan perbandingan kinerja pendinginan alami pada kedua rumah tersebut dijadikan acuan dalam modifikasi pada Rumah Jida. Modifikasi tersebut juga berpegang pada kriteria rumah Bugis sehingga tidak akan mengubah indentitas rumah tradisional tersebut. Modifikasi dilakukan pada jendela, dinding, dan atap. Hasinya menunjukkan bahwa jendela jalusi, dinding bambu dan atap dengan ventilasi memiliki kinerja pendinginan alami yang paling baik dibandingkan alternatif modifikasi lainnya sehingga alternatif tersebut diterapkan pada Rumah Jida untuk memaksimalkan kinerja pendinginan alaminya. Hasil modifikasi tersebut mampu membuat suhu udara rumah Jida mendekati suhu netral dan mengalami pendinginan alami yang lebih dibandingkan kondisi eksisting.