Analisis Time Cost Trade Off untuk Mengejar Keterlambatan Pelaksanaan Proyek (Studi Kasus Pembangunan Gedung Serba Guna Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya)
Main Author: | Laksana, Fandy Setia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/170995/ |
Daftar Isi:
- Biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan suatu proyek disamping aspek waktu dan aspek sumber daya, dimana biaya yang mungkin timbul harus dikendalikan seminimum mungkin. Dalam pengendalian biaya, harus memperhatikan faktor waktu, karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya-biaya preoyek yang bersangkutan atau aktivitas pendukungnya. Sering terjadi suatu proyek harus diselesaikan lebih cepat daripada waktu normalnya. Hal ini timbul dari berbagai sebab, misalnya karena telah terjadi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan pada bulan-bulan sebelumnya, sehingga untuk mencapai jadwal penyelesaian suatu kontrak perlu usaha mempercepat atau memperpendek kurun waktu yang tersisa. Atau oleh karena perubahan situasi pasar, pemilik proyek menginginkan waktu penyelesaian proyek lebih cepat daripada waktu normalnya, agar produk yang dihasilkan proyek dapat mengisi pasar mendahului saingan. Untuk itu seorang pimpinan proyek diharapkan dapat mengambil keputusan dengan tepat dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan untuk dapat memecahkan masalah bagaimana mempercepat waktu pelaksanaan proyek dengan biaya yang minimal. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan studi optimasi. Untuk melakukan optimasi biaya proyek perlu diperhatikan bahwa biaya proyek terdiri dari dua macam, yaitu biaya langsung (direct cost) yang terdiri dari semua biaya yang dapat dinyatakan keterlibatannya secara langsung dalam aktivitas-aktivitas proyek seperti biaya bahan, pekerja, dan perlatan dan biaya tidak langsung (indirect cost) yaitu semua biaya proyek yang tidak dapat dinyatakan keterlibatannya secara langsung dalam aktivitas-aktivitas pendukung proyek seperti upah/gaji, bunga investasi, bonus dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan langkah – langkah berupa pengumpulan data-data yang diperlukan seperti jenis dan volume pekerjaan, waktu pengerjaan, dan harga satuan upah pekerja. Selanjutnya, data-data yang diperlukan tersebut dipergunakan untuk menentukan normal duration dan normal cost. Lalu data yang sudah ditentukan tersebut diperluas lagi untuk menentukan aspek lintasan kritis, float, dan kurun waktu penyelesaian proyek. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah Durasi dan biaya optimum proyek didapatkan dengan cara percepatan menggunakan penambahan jam kerja (lembur) didapat pada umur proyek 145 hari kerja dari waktu keterlambatan 150 hari maka didapat efisiensi waktu proyek sebanyak 5 hari (3,33%). Dan biaya optimum diperoleh dari penambahan jam kerja (lembur) dengan biaya Rp. 4.612.689.172. Durasi pekerjaan proyek dengan cara percepatan menggunakan penambahan tenaga kerja didapat pada umur proyek 150 hari kerja dari waktu keterlambatan 144 hari maka didapat efisiensi waktu proyek sebanyak 6 hari (4,00%). Dan biaya optimum diperoleh dari penambahan tenaga kerja dengan biaya Rp. 4.615.626.566. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cara percepatan penambahan jam kerja (lembur) diperoleh hasil biaya optimal sebesar Rp 4.612.689.172, dibandingkan dengan menggunakan percepatan penambahan tenaga kerja diperoleh hasil biaya optimal sebesar Rp 4.615.626.566, maka diperoleh kesimpulan penggunaan metode penambahan tenaga kerja lebih efisien dengan selisih biaya sebesar Rp. 2.937.394 dengan selisih efisiensi waktu proyek 1 hari (0,33%).